Teknologi Pembelajaran Dalam Blended Learning ( Anang Nazaruddin )
Oleh Anang Nazaruddin
Widyaiswara Ahli Muda
A. Pendahuluan
Ilmu dan teknologi saat ini telah berkembang dengan pesat. Pesatnya perkembangan Teknologi Informasi ini berdampak pula dalam kehidupan, dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir. Kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life style atau gaya hidup dengan serba elektronik, artinya kehidupan yang dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik yang juga membawa dampak pada lebih efisien berbagai aspek kehidupan itu sendiri. Pentingnya pengembangan dan pengelolaan teknologi informasi, mulai dirasakan pada semua aspek bidang kehidupan, tak terkecuali pada bidang pendidikan. Memasuki era informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kini kian pesat. Perkembangan ini dapat diraskaan juga dalam dunia pendidikan, dimana metode pembelajaran kini semakin berkembang. Teknologi informasi (information technology) pada saat arus globalisasi yang tak terbendung adalah sebuah keharusan. Hal ini sejalan dengan globalisasi yang menembus berbagai aspek kehidupan mulai dari aspek ekonimi, aspek teknologi sampai aspek kebudayaan. Dalam bidang pendidikan inovasi adalah hal yang mutlak dilakukan, karena tanpa inovasi akan terjadi kemandekan yang berimbas pada elemen-elemen kehidupan yang lain seperti politik, ekonomi, sosial masyarakat dan lainnya (Muna, 2015).
Sebagai suatu pilar yang memiliki urgensi dalam rangka menciptakan suasana kehidupan yang lebih baik, maka pendidikan sudah selayaknya dapat menghasilkan pengembangan kompetensi fisik sekaligus juga psikis, hal tersebut termaktub dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang ada dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Indonesia No. 20 tahun 2003 sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didk agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa keapda Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pendidikan mengalami perkembangan secara signifikan dan bertahap pada berbagai aspek pembelajarannya meliputi sarana dan prasarana pembelajaran, media, model, strategi dan teknologi yang mendukung dalam pembelajaran serta tenaga pengajaranya sendiri serta unsur pendukung lainnya. Untuk itulah inovasi dalam bidang pendidikan menjadi suatu keniscayaan.
Pendidikan identik dengan upaya melakukan transfer pengetahuan dengan merealisasikan program pembelajaran dalam bentuk proses belajar mengajar. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi diantara peserta didik dan guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sugihartono dkk menyatakan bahwa implementasi berbagai model pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh para pendidik untuk menyampaikan ilmu dan pengetahuan, mengorganisasi dan meciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien dengan hasil yang optimal (Sugihartono, 2007).
Proses pembelajaran yang efektif dan menyenangkan akan menjadikan peserta didik dapat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran aktif dapat dilakukan ketika mengelola kelas dengan menggunakan berbagai metode dan pendekatan. Guru yang mampu menerapkan berbagai metode belajar yang kreatif, bervariasi dan lebih terfokus dalam mengembangkan potensi peserta didiknya akan menjadikan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajarannya. Dan hal ini biasanya dikenal dengan metode tatap muka yang bisa dikatakan tradisional learning atau secara klasikal (konvensional).
Aktivitas belajar adalah kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran yakni antara guru dan peserta didiknya dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dilakukan adalah berfokus pada peserta didik, sebab dengan adanya akivitas dalam proses pembelajaran menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Karena merupakan ukuran kemampuan untuk memahami pengetahuan pengembangan keterampilan dan sikap yang menuju ke arah lebih baik lagi. sehingga aktivitas belajar ini penting untuk melibatkan semua komponen dalam proses pendidikan, termasuk didalamnya penggunaan teknologi informasi sebagai media dalam pembelajaran. Atau dengan kata lain penggunaan teknologi dalam pembelajaran sebagai alat untuk mempermudah pencapaian tujuan dalam pembelajaran itu sendiri pada pembelajaran tradisional.
Saat ini dunia bergerak cepat menuju terbentuknya suatu masyarakat berbasis sains (science-based society), kegiatan bisnis berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based business enterprises), dan terwujudnya suatu budaya baru berlandaskan Ipteks terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau dikenal juga dengan information and communication technology (ICT) yang dengan wujud utamanya adalah internet (Usman, 2018).
Munculnya teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi telah membawa manfaat yang begitu besar bagi kehidupan manusia, teramasuk pada dunia pendidikan sehingga diuntungkan dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi pembelajaran karena manfaatnya yang luar biasa.
Salah satu yang mendapat perhatian penting seiring dengan perkembangan TI (Teknologi Informasi) adalah sistem pembelajaran yang mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia baik secara online maupun secara offline. Melalui multimedia pembelajaran tidak lagi monoton berpusat pada guru dan dan terjadi hanya pada saat tatap muka atau secara konvensinal, tetapi lebih bervariasi melalui penggunaan sumber belajar yang bervariasi dan lebih menarik perhatian bagi peserta didik. Secara riil, bentuk dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang telah terimplementasi dalam dunia pendidikan adalah electronic learning, biasa disingkat e-learning.
E-learning merupakan suatu inovasi yang memiliki peran besar dalam proses pembelajaran, dimana proses belajar tidak hanya membantu dalam memahami mamahami materi secara komprehensip dalam pembelajaran, tetapi menjadikan pembelajaran lebih efektif, menyenangkan dan menjadikan peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran yakni tidak hanya memilih menu dalam bentuk icon, materi ajar dapat secara cepat ditampilkan. Materi bahan ajar dapat divisualisikan dalam berbagai format dan bentuk dinamis dan interaktif. Peserta didik akan termotivasi dalam melakukan proses pembelajaran mulai dari awal pembelajaran, pemberian materi secara interaktif sampai pada tahap evaluasi melibatkan peran teknologi di dalamnya. Bahkan menurut (Sagala, Syaiful, 2006) pembelajaran dengan cara memanfaatkan berbagai variasi media (multimedia) dengan materi yang menarik dapat meningkatkan antusiasme peserta didik dalam proses pembelajarannya.
E-learning merupakan model pembelajaran online (pembelajaran jarak jauh) diharapkan mampu menggeser model pembelajaran konvensional yang dianggap selama ini memiliki berbagai kekurangan. Namun demikian, dalam iplementasinya model pembelajaran e-learning memiliki serangkain keterbatasan dibandingkan dengan pembelajaran secara tatap muka di kelas (face-to-face learning). Keterbatasan tersebut meliputi; lemahnya kontrol disebabkan oleh kurangnya penguasaan konsep metode penggunaan aplikasi e learning baik oleh para pendidik maupun para peserta didiknya, keterbatasan akses jaringan internet, ketersediaan modul pembelajaran serta masih kurangnya infrastruktur.
Oleh karenanya, berbagai kompromi ditawarkan sebagai solusi alternatif yakni dengan memadukan antara model pembelajaran yang bersifat tatap muka di kelas (face -to-face learning) dengan pembelajaran berbasis e-learning.
Blended Learning adalah suatu pembelajaran yang manggabungkan penerapan pembelajaran tradisional di dalam kelas dengan pembelajaran online yang memanfaatkan teknologi informasi. Dan ada suatu waktu pula dilakukan pembelajaran secara tatap muka baik tatap muka langsung di suatu tempat ataupun tatap muka dengan menggunakan multimedia yang mana pendidik dan peserta didik bisa melakukan interaksi langsung sehingga kendala jarak bisa di atasi dengan bantuan perlengkapan multimedia atau bisa dikatakan teknologi pembelajaran. Sehingga apakah bisa dikatakan blended learning ini menjadi salah satu solusi dalam kendala yang terjadi pada pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis e-lerning dan penggunaan teknologi pembelajaran didalamnya
Tulisan ini dibuat untuk menjawab pertanyaan berkaitan dengan Blended Learning sebagai penggabungan antara pembelajaran secara konvensional dan pembelajaran berbasis e-learning dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan teknologi pembelajaran pada kegiatan blended learning tersebut.
B. Kajian Pustaka
- Pembelajaran Konvensional dan Pembelajaran Berbasis E-Learning
Menurut Corey dalam (Trianto, 2009) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap sesuatu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sedangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor 2 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumberbelajar pada suatu lingkungan belajar (Kosmiyah, 2012).
Menurut (Djamarah, 1996), pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan.
Pembelajaran pada metode konvesional, peserta didik lebih banyak mendengarkan penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-soal kepada peserta didik. Yang sering digunakan pada pembelajaran konvensional antara lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan.
Metode lainnya yang sering digunakan dalam metode konvensional antara lain adalah ekspositori. Metode ekspositori ini seperti ceramah, di mana kegiatan pembelajaran terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Ia berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. Peserta didik tidak hanya mendengar dan membuat catatan. Guru bersama peserta didik berlatih menyelesaikan soal latihan dan peserta didik bertanya kalau belum mengerti. Guru dapat memeriksa pekerjaan peserta didik secara individual, menjelaskan lagi kepada peserta didik secara individual atau klasikal.
Pada saat sebelum pandemi covid 19 sebagian besar lembaga pendidikan dasar dan menengah masih memakai metode ini walaupun metode ini banyak kekurangan namun masih dianggap efektif untuk digunakan. Walaupun sebelum pandemi metode pembelajaran konvensional masih digunakan namun tetap menggunakan teknologi sehingga pembelajaran tetap bisa berlangsung untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.
Sedangkan istilah E-Learning memiliki definis yang sangat luas. E-Learning terdiri dari dua huruf e yang merupakan singkatan dari elektronic dan kata learning yang artinya pembelajaran. dengan demikian e-learning bisa diartikan sebagai pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan perangkat elektronik, khususnya perangkat komputer. Fokus paling penting dalam e-learning adalah proses belajarnya (learning) itu sendiri, dan bukan pada “e” (elektronic) karena elektronic hanyalah sebagai alat bantu saja. Pelaksanaan e-learning menggunakan bantuan audio, video, dan perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya (Munir, 2009).
Istilah e-learning dapat pula didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi infor- masi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk pembelajaran yang berlangsung dalam bentuk dunia maya. Definisi e-learning sendiri sebenarnya sangatlah luas bahkan sebuah portal yang menyediakan informasi tentang suatu topik dapat tercakup dalam lingkup e-learning ini. Namun, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses pembelajaran yang ada di sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan serta pelatihan ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet.
Dalam teknologi e-learning, semua proses pembelajaran yang biasa didapatkan di dalam sebuah kelas dilakukan secara live namun virtual. Artinya pada saat yang sama seorang pengajar mengajar di depan sebuah komputer yang ada di suatu tempat, sedangkan pembelajar mengikuti pembelajaran tersebut dari komputer lain di tempat yang berbeda. Dalam hal ini, secara langsung pengajar saling berkomunikasi dan saling berinteraksi pada waktu yang sama namun tempat yang berbeda. Adakalnya juga interaksi bisa dilakukan pada waktu yang berbeda, misalkan pengajar sudah menyiapkan bahan ajar yang akan disampaikan terlebih dahulu kemudian peserta didik mengunduh bahan tersebut melalui internet pada waktu yang tidak bersamaaan. E-learning juga mencakup banyak hal di luar lingkup teknologi internet itu sendiri, kurikulum, desain dan pengembangan e-learning, manajemen e-learning dan etika pembelajaran. Istilah e-learning digunakan untuk mendukung usaha-usaha pembelajaran lewat teknologi komputer dengan internetnya.
2. Pengertian Blended Learning
Penggunaan aplikasi teknologi informasi (e-learning) sebagai media pembelajaran sudah semakin sering ditemui dalam pendidikan. Konsep e-learning tentunya memberi nuansa baru bagi proses pendidikan yang selama ini hanya bertumpu pada eksistensi guru. Menurut (Mayer, 2009) bahwa e-learning adalah pembelajaran yang disajikan dengan bantuan komputer. Huruf “e” dalam e-learning bermakna bahwa materi yang diberikan berbentuk digital sehingga dapat disimpan dalam perangkat elektonik. E-learning memberi ilustrasi bahwa dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, pembelajaran menjadi lebih terbuka (open) dan fleksibel (flexible), terjadi kapan saja, dimana saja dan dengan dan kepada siapa saja di lokasi mana saja (distributed), berbasis komunitas.
Menurut Castle and Mc Guire dalam (Syarif, 2012) e-learning mampu meningkatkan pengalaman belajar sebab peserta didik dapat belajar dimanapun dan dalam kondisi apapun selama dirinya terhubung dengan internet tanpa harus mengikuti pembelajaran tatap muka (face to face learning). Blended learning adalah suatu pendekatan yang fleksibel untuk merancang program yang mendukung campuran dari berbagai waktu dan tempat untuk belajar.
Menurut Rovai and Jordan dalam (Sa'ud, Udin Saefudin , 2008 ) model blended learning pada dasarnya merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan secara tatap muka (face to face learning) dan secara virtual (e-learning). Pembelajaran online atau e-learning dalam blended learning menjadi perpanjangan alami dari pembelajaran ruang kelas tradisional yang menggunakan model tatap muka (face to face learning). Lewat model blended learning, proses pembelajaran akan lebih efektif karena proses belajar mengajar yang biasa dilakukan (konvensional) akan dibantu dengan pembelajaran secara e-learning yang dalam hal ini berdiri di atas infrastruktur teknologi informasi dan bisa dilakukan kapanpun (any time) dan dimanapun (any where), blended learning bukan hanya mengurangi jarak yang selama ini ada diantara peserta didik dan guru namun juga meningkatkan interaksi diantara kedua belah pihak.
Dengan pelaksanaan blended learning ini, pembelajaran berlangsung lebih bermakna karena keragaman sumber belajar yang mungkin diperoleh. Sedangkan (Driscoll) menyebutkan empat konsep mengenai pembelajaran blended learning yaitu:
- Blended learning merupakan pembelajaran yang mengkombinasikan atau menggabungkan berbagai teknologi berbasis web, untuk mencapai tujuan pendidikan.
- Blended learning merupakan kombinasi dari berbagai pendekatan pembelajaran (seperti behaviorisme, konstruktivisme, kognitivis-me) untuk menghasilkan suatu pencapaian pembelajaran yang optimal dengan atau tanpa teknologi pembelajaran.
- Blended learning juga merupakan kombinasi banyak format teknologi pembelajaran, seperti video tape, CD-ROM, web-based training, film dengan pembelajaran tatap muka.
- Blended learning menggabungkan teknologi pembelajaran dengan perintah tugas kerja aktual untuk menciptakan pengaruh yang baik pada pembelajaran dan tugas.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap muka yaitu pembelajaran yang dilakukan secara konvensional dengan metode ceramah, penuguasan, tanya jawab dan demontrasi, dan pembelajaran yang dilakukan secara online dengan memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi untuk mendukung belajar mandiri serta memungkinkan peserta menjadi lebih aktif dan memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Blended Learning memiliki dari tiga komponen penting yaitu “
- Pembelajaran dengan tatap muka
- Pembelajaran secara online
- Belajar mandiri.
Melalui blended learning dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk terjadinya interaksi antara sesama peserta didik, dan peserta didik dengan pendidiknya tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
3. Karakteristik Blended Learning
Secara umum Moore dalam (Peter, 2008) mengklasifikasikan empat jenis interaksi yang terjadi dalam pembelajaran secara online antara lain:
- Interaksi peserta didik dengan konten merujuk pada pengguna yang terikat dalam informasi instruksional;
- Interaksi peserta didik dengan interface teknologi : penggunaan teknologi dalam pembelajaran atau interaksi peserta didik dengan interface teknologi tersebut bisa disebut jenis interaksi yang lain. Interaksi jenis ini dapat terjadi dalam pembelajaran online;
- Interaksi dengan instruktur merupakan metode atau cara instruktur mengajar, membimbing dan mendukung peserta didik.
- Interaksi peserta didik dengan peserta didik, merupakan cara peserta didik dalam berkomunikasi dengan sesama peserta didik dalam proses pembelajaran.
Lingkungan pembelajaran dalam model blended learning dapat digunakan secara terpisah karena menggunakan kombinasi media dan metode yang berbeda dan digunakan pada kebutuhan audien (peserta didik) yang berbeda. Misalnya tipe face to face learning terjadi dalam teacher-directed environment dengan interaksi person-to-person dalam live synchronous (pembelajaran langsung bergantung waktu) dan lingkungan yang high-fidelity. Sedangkan sistem distance learning menekankan pada self-paced learning dan pembelajaran dengan interaksi materi- materi yang terjadi dalam asynchronous (tidak tergantung waktu) dan lingkungan low-fidelity (hanya teks).
Adapun karakteristik Blended Learning menurut (John, 2008) yaitu :
- Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis teknologi yang beragam;
- Sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online;
- Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran;
- Guru dan orangtua pembelajar memiliki peran yang sama penting, guru sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.
Tujuan pembelajaran dengan menggunaka Blended Learning adalah :
- Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar;
- Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi guru dan peserta didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang;
- Peningkatan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online. Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para peserta didik dalam pengalaman interaktif. Sedangkan porsi online memberikan peserta didik dengan konten multimedia pada setiap saat, dan di mana saja selama masih memiliki akses Internet.
Manfaat Blended Learning adalah :
- Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka saja, tetapi ada penambahan waktu pembelajaran dengan memanfaatkan media online;
- Mempermudah dan mempercepat proses komunikasi antara guru dan peserta didik (mitra belajar);
- Membantu memotivasi keaktifan peserta didik untuk ikut terlibat dalam proses pembelajaran. Hal ini akan membentuk sikap kemandirian belajar pada peserta didik;
- Meningkatkan kemudahan belajar sehingga peserta didik menjadi puas dalam belajar
Kelebihan Blended Learning adalah :
- Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan dimana saja;
- Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi;
- Pembelajaran lebih efektif dan efisien
- Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya Blended Learning maka pembelajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran;
- Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.
Kekurangan Blended Learning adalah :
- Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung;
- Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pembelajar, seperti komputer dan akses Internet. Padahal dalam Blended Learning diperlukan akses Internet yang memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran mandiri via online;
- Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
- Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses Internet;
- Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat memaksimalkan potensi dari Blended Learning.
Pembelajaran blended learning hendaknya memudahkan peserta didik dan pendidik dalam menjalankan proses pendidikan serta menjadikan peserta didik dan pendidik bekerja sama guna mencapai tujuan pendidikan yang saling menguntungkan. Pradnyana menyebutkan tujuan dari pembelajaran blended learning adalah (Pradnyana, 2017):
- Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses belajar,sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.
- Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi pendidik dan peserta didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus berkembang.
- Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online.
- Kelas tatap muka dapat digunakan untuk melibatkan para peserta didik dalam pengalaman interaktif. Sedangkan porsi online memberikan peserta didik dengan konten multimedia yang kaya akan pengetahuan pada setiap saat, dan di mana saja selama peserta didik memiliki akses Internet.
- Mengatasi masalah pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi.
Menurut Jared M. Carmen dalam (Graham, 2005), seorang President Aglint Learning menyebutkan lima kunci dalam merancang Blended Learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:
- Live Event
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led instruction) secara terpadu dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan.
b. Self-Paced Learning
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan peserta didik belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online (via web maupun via mobile device dalam bentuk streaming audio, streaming video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak, dll).
c. Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar, maupun kolaborasi antar peserta didik yang kedua-duanya bisa lintas sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang Blended Learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta didik ataupun kolaborasi antara peserta didik dan pengajar melalui alat-alat komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving, project-based learning, dll.
d. Assessment
Tentu saja dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessment). Dalam Blended Learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessment baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll. Disamping itu, juga pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk assessment online dan assessment offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessment tersebut.
d. Performance Support Materials
Ini bagian yang jangan sampai terlupakan ketika akan mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, pastikan kesiapan sumber daya untuk mendukung hal tersebut. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online (via website resemi tertentu). Jika pembelajaran online dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan lain sebagainya.
4. Teknologi Pembelajaran dalam Blended Learning
Berbagai konsep dan teknik baru dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pembelajaran variatif yang dapat merangsang aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan berperan aktif dan memberikan feedback yang positif. Solusi pembelajaran yang diharapkan harus mampu memberikan peningkatan terhadap aktivitas peserta didik. Pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran adalah Blended Learning. Pembelajaran Blended Learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi pembelajar aktif yang memahami kebutuhan dirinya dan mengupayakan pencapaian pemahaman akan pengetahuan secara mandiri (Usman, 2018).
Blended Learning memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan individu tanpa meninggalkan interaksi sosial di dalam kelas, sehingga dengan sistem ini peserta didik lebih berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator.
Srisakdi menyebutkan bahwa konsep dalam pengembangan pembelajaran digunakan penggabungan (blended learning), kaena dianggap memberikan solusi dalam penggembangan pembelajaran pada institusi yang masih menerapkan pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online) sebagai tolak ukur aktivitas, secara konsep, pengembangan didasarkan pada model-model pembelajaran (Srisakdi, 2006).
Darsono mengemukakan bahwa konsep pembelajaran secara rinci dijabarkan mulai dari pembelajaran tradisional hingga pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online). pembelajaran penggabungan (blended learning) yang dikembangkan mengacu pada pengembangan pembelajaran-pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online) bukan lagi sebagai pelengkap atau pengganti kegiatan pembelajaran. Tatap muka, diskusi, forum, dan lain-lain semuanya dilakukan secara sistematis dan terintegrasi pada web yang dikembangkan.
Secara teknis pengembangan pembelajaran penggabungan (blended) merupakan model kombinasi pembelajaran yang dilakukan dalam konteks tatap muka, pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online) dan pembelajaran elektronik yang tidak menyambung pada internet (offline).
Proses pembelajaran tatap muka disebut juga masa pengenalan. Pada masa pengenalan berlangsung proses pembelajaran tatap muka pembelajaran elektronik yang tidak menyambung pada internet (offline) atau bertemu dalam kelas nyata. Kegiatan di kelas nyata adalah pendidik menyampaikan satu penjelasan secara teknis penggunaan sistem pembelajaran berbasis web dan peserta didik mendengarkan, menyimak dan mempraktikkan petunjuk penggunaan yang telah disediakan.
Model pengembangan penggabungan (blended) yang dikembangkan oleh (Srisakdi, 2006) mengacu pada definisi-definisi yang telah digambarkan oleh tabel dibawah sehingga pengembangan pembelajaran elektronik yang menggunakan internet bukan lagi sebagai pelengkap atau pengganti setiap kegiatan pembelajran. Tatap muka, diskusi, forum dll semua nya dilakukan secara sistematis dan terintegrasi pada web yang dikembangkan.
Tabel Komposisi Pembelajaran Tradisional, Fasilitas Web dan Penggabungan
Deskripsi |
Model |
Presentasi bahan ajar berbasis web |
Pembelajaran tanpa memanfaatkan fasilitas pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online)menyambung pada internet (online) |
Tradisional (traditional) |
0 % |
Pemanfaatan web dalam proses pembelajaran untuk membantu peningkatan penguasaan bahan ajar yang tidak terpenuhi dalam proses tatap muka.Pemanfaatan lebih banyak pada pengumpulan tugas. |
Fasilitas web (web facilitated) |
1-29 % |
Proses pembelajaran menggunakan kombinasi antara bahan ajar berbasis web dan tatap muka. Dalam proses pembelajaran, interaksi (forum diskusi) lebih banyak dilakukan |
Penggabungan (blended) |
30-79 % |
Seluruh proses pembelajaran melalui pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online). Tidak ada pembelajaran tatap muka |
Online atau e-learning |
100% |
Di olah dari (Elaine Allen, Jeff Seaman, Richard Garrett, 2007)
Pengembangan Blended Learning juga mengarah pada bahan ajar yang digunakan salah satunya berupa modul dalam kemasan elektronik. Dalam pembelajaran berbasis web model elektronik dikenal dengan istilah bahan ajar mandiri atau bahan ajar yang dikemas untuk peserta didik belajar sendiri secara mandiri. Didalam bahan ajar mandiri selain materi juga sudah ada latihan-latihan yang harus dikerjakan peserta didik untuk mengukur perkembangan belajarnya, dalam pembelajaran penggabugan (blended), selain bahan ajar modul elektronik
Pengembangan bahan ajar yang lain adalah pemanfaatan media atau teknologi. Salah satu ciri dalam proses pembelajaran berbasis web, diantaranya pemanfaatan teks, audio, video, dan multimedia adalah untuk pengayaan materi untuk berlatih dan untuk penguatan peserta didik dalam mempelajari slah satu topik. Dalam pembelajaran penggabungan (blended learning), pengemasan dilakukan secara digital dan diakses melalui bahan ajar berbasis web, pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia dilakukan pada masa belajar mandiri. Materi yang dikemas dengan menggunakan teks, audio, video, dan multimedia tersebut dikemas dengan media penyimpanan tertentu.
Menurut (Mackey, Kaye Thorne and David, 2007) bahwa saat ini tidak ada metode pembelajaran tunggal yang ideal untuk semua jenis pembelajaran dan pelatihan karena setiap teknologi memiliki keunggulan masing-masing. Teknologi cetak memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa kemana-mana tanpa menggunakan saluran listrik, sedangkan komputer memiliki keunggulan yang sangat interaktif yakni berupa teks, gambar, film, animasi, dan dapat di konversi dalam berbagai bentuk digital tetapi mobilitasnya terbatas karena bergantung pada satu daya listrik, pada kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif dibandingkan dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan untuk belajar tertentu, untuk karakteristik bidang tertentu. Demikian juga metode pembelajaran untuk peserta didik disekolah dasar dapat efektif tetapi tidak untuk peserta didik pasca sarjana demikian pula sebaliknya, oleh sebab itu, diperlukan metode pembelajaran yang berbeda untuk karakteristik pembelajaran yang berbeda.
Sebagai sarana pembelajaran terpenting dalam pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online) pengembangan pembelajaran penggabungan (blended learning), penggunaan teknologi web diperlukan dalam pembelajaran untuk melakukan tatap muka, penyimpanan file, diskusi, pemantauan dan lain-lain. Dengan model pembelajaran berbasis blended learning diharapkan porsi waktu masa pembelajaran mandiri lebih banyak dibandingkan dengan tatap muka baik pembelajaran elektronik yang tidak menyambung pada internet (offline) maupun pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online).
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli yang telah dikemukakan di atas mengenai blended learning, maka dapat di ketahui bahwa blended learning mempunyai 3 komponen pembelajaran yang dicampur menjadi satu bentuk pembelajaran. Komponen-komponen itu terdiri dari 1) online learning, 2) pembelajaran tatap muka, dan 3) belajar mandiri (Siti Istiningsih, Hasbullah, 2015) :
- Online Learning
Menurut (Nada Dabbagh, Brenda Bannan, 2005) online learning adalah sebagai berikut: “Online learning is an open and distributed learning environment that uses pedagogical tools, enable by internet and web based technologies, to facilitate learning and knowledge building through meaningful action and interaction”.
Dari definisi yang dikemukakan oleh Dabbagh di atas dapat disimpulkan bahwa online learning merupakan sebuah lingkungan belajar yang terbuka dengan mempertimbangkan aspek-aspek pembelajaran dan mungkin menggunakan teknologi internet serta berbasis web untuk memfasilitasi proses belajar dan membangun pengetahuan yang berarti.
Sedangkan menurut Carliner (1999) dalam (Anderson, T., Fathi Elloumi. , 2001) online learning adalah sebagai berikut : online learning as educational material that is presented on a computer. Berdasarkan definisi Carliner, online learning merupakan materi pendidikan yang ditayangkan dengan memanfaatkan komputer.
Dari definisi para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa online learning adalah sebuah lingkungan pembelajaran yang mempergunakan teknologi internet dan intranet serta berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran antara sesama peserta didik atau dengan pengajar dimana saja dan kapan saja.
Online learning merupakan salah satu dari komponen blended learning, dimana online learning memanfaatkan internet sebagai salah satu sumber utama dalam belajar. Online learning mempergunakan teknologi pembelajaran yang terdiri dari teknologi Internet, intranet, dan berbasis web dalam mengakses materi pembelajaran dan memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran.
b. Pembelajaran Tatap Muka (Face to Face Learning)
Pembelajaran tatap muka merupakan model pembelajaran yang sampai saat ini masih terus dilakukan dan sangat sering digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran tatap muka merupakan salah satu bentuk pembelajaran konvensional, yang berupaya untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Pembelajaran tatap muka mempertemukan guru dengan murid dalam satu ruangan untuk belajar.
Pembelajaran tatap muka biasanya dilakukan di kelas dimana terdapat model komunikasi synchronous, dan terdapat interaksi aktif antara sesama murid, murid dengan guru, dan dengan murid lainnya. Dalam pembelajaran tatap muka guru atau pembelajar akan menggunakan berbagai macam metode dalam proses pembelajarannya untuk membuat proses belajar lebih aktif dan menarik.
Pada pembelajaran tatap muka teknologi pembelajaran yang digunakan bisa terdiri dari pemanfaatan eks, audio, video, dan multimedia namun langsung disajikan dihadapan peserta didik. pembelajaran tatap muka bagi peserta didik dapat lebih memperdalam apa yang telah dipelajari melalui online learning, ataupun sebaliknya online learning untuk lebih memperdalam materi yang diajarkan melalui tatap muka.
c. Belajar Mandiri
Salah satu bentuk aktivitas model pembelajaran pada blended learning adalah Individualized Learning yaitu peserta didik dapat belajar mandiri dengan cara mengakses informasi atau materi pelajaran secara online via Internet.
Ada beberapa istilah yang mengacu pada istilah belajar mandiri seperti independent learning, self direct learning, dan autonomous learning. Belajar mandiri bukan berarti belajar sendiri, karena orang kadang seringkali salah mengartikan mengenai belajar mandiri sebagai belajar sendiri. Belajar mandiri berarti belajar secara berinisiatif, dengan ataupun tanpa bantuan orang lain dalam belajar.
Menurut Wedemeyer (1973) dalam (Chaeruman, 2018) belajar mandiri sebagai pembelajaran yang merubah perilaku, dihasilkan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pebelajar dalam tempat dan waktu berbeda serta lingkungan belajar yang berbeda dengan sekolah. Peserta didik yang belajar secara mandiri mempunyai kebebasan untuk belajar tanpa harus menghadiri pelajaran yang diberikan pengajarnya di kelas. Peserta didik mempunyai otonomi yang luas dalam belajar.
Kemandirian itu perlu diberikan kepada peserta didik supaya mereka mempunyai tanggung jawab dalam mengatur dan mendisplinkan dirinya dalam mengembangkan kemampuan belajar atas kemauannya sendiri. Sikap-sikap seperti itu perlu dimiliki oleh peserta didik karena hal tersebut merupakan ciri kedewasaan orang terpelajar.
Proses belajar mandiri mengubah peran guru atau instruktur menjadi fasilitator atau perancang proses belajar dan sebagai fasilitator, seorang guru atau instruktur membantu peserta didik mengatasi kesulitan belajar, atau dapat menjadi mitra belajar untuk materi tertentu pada program tutorial. Tugas perancang proses belajar mengharuskan guru untuk mengubah materi ke dalam format yang sesuai dengan pola belajar mandiri.
Berdasarkan definisi para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar mandiri adalah proses belajar diaman peserta didik memegang kendali atas pengambilan keputusan terhadap kebutuhan belajarnya dengan sedikit memperoleh bantuan dari guru atau instruktur.
Belajar mandiri mrupakan salah satu komponen dalam blended learning, karena dalam online learning didalamnya terjadi proses belajar mandiri, karena peseta didik dapat belajar mandiri melalui online learning.
Pengembangan Blended Learning juga mengarah pada bahan ajar yang digunakan salah satunya berupa modul dalam kemasan elektronik. Dalam pembelajaran berbasis web model elektronik dikenal dengan istilah bahan ajar mandiri atau bahan ajar yang dikemas untuk peserta didik belajar sendiri secara mandiri. Didalam bahan ajar mandiri selain materi juga sudah ada latihan-latihan yang harus dikerjakan peserta didik untuk mengukur perkembangan belajarnya.
Pengembangan bahan ajar yang lain adalah pemanfaatan media atau teknologi. Salah satu ciri dalam proses pembelajaran berbasis web, diantaranya pemanfaatan teks, audio, video, dan multimedia adalah untuk pengayaan materi untuk berlatih dan untuk penguatan peserta didik dalam mempelajari salah satu topik. Dalam pembelajaran penggabungan (blended learning), pengemasan dilakukan secara digital dan diakses melalui bahan ajar berbasis web, pemanfaatan teks, audio, video dan multimedia dilakukan pada masa belajar mandiri. Materi yang dikemas dengan menggunakan teks, audio, video, dan multimedia tersebut dikemas dengan media penyimpanan tertentu.
Menurut (Mackey, Kaye Thorne and David, 2007) bahwa saat ini tidak ada metode pembelajaran tunggal yang ideal untuk semua jenis pembelajaran dan pelatihan karena setiap teknologi memiliki keunggulan masing-masing. Teknologi cetak memiliki keunggulan yang sangat fleksibel sebagai sumber belajar, dapat dibawa kemana-mana tanpa menggunakan saluran listrik, sedangkan komputer memiliki keunggulan yang sangat interaktif yakni berupa teks, gambar, film, animasi, dan dapat di konversi dalam berbagai bentuk digital tetapi mobilitasnya terbatas karena bergantung pada satu daya listrik, pada kasus tertentu pembelajaran melalui audio lebih efektif dibandingkan dengan video. Jadi masing-masing teknologi mempunyai keunggulan untuk belajar tertentu, untuk karakteristik bidang tertentu. Demikian juga metode pembelajaran untuk peserta didik disekolah dasar dapat efektif tetapi tidak untuk peserta didik pasca sarjana demikian pula sebaliknya, oleh sebab itu, diperlukan metode pembelajaran yang berbeda untuk karakteristik pembelajaran yang berbeda.
Sebagai sarana pembelajaran terpenting dalam pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online) pengembangan pembelajaran penggabungan (blended learning), penggunaan teknologi web diperlukan dalam pembelajaran untuk melakukan tatap muka, penyimpanan file, diskusi, pemantauan dan lain-lain. Dengan model pembelajaran berbasis blended learning diharapkan porsi waktu masa pembelajaran mandiri lebih banyak dibandingkan dengan tatap muka baik pembelajaran elektronik yang tidak menyambung pada internet (offline) maupun pembelajaran elektronik yang menyambung pada internet (online).
Dalam pembelajaran berbasis penggabungan (blended learning), peserta didik tidak hanya mengakses bahan ajar, melainkan melakukan beberapa aktivitas : 1) melakukan interaksi, baik melalui surat elektronik (email), obrolan (chat), ataupun forum diskusi. Peserta didik dapat bertanya maupun mengajukan pertanyaan dan pendapat tentang suatu hal baik dengan guru maupun dengan temanya sendiri, 2) mengerjakan tugas atau assignments. Peserta didik akan mendapatkan tugas baik perseorangan ataupun kelompok, 3) menjawab soal latihan, setiap topik akan disediakan beberapa soal latihan yang harus di jawab peserta didik. 4) berkomunikasi dengan ahli bidang ilmu dinegara lain melalui internet. Semua aktivitas tersebut pastilah menggunakan teknologi pembelajaran sebagai alat bantu sehigga pembelajaran bisa menjadi lebih bermakna.
C. Kesimpulan
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran penggabungan (blended learning) yaitu pembelajaran yang menggabungkan proses secara konvensional dan e-learning, proses pembelajaran ini berlangsung menggunakan teknologi pembelajaran yang terdiri dari media elektronik, teks, audio, video, dan multimedia serta berbasis web. Porsi belajar mandiri dengan pembelajaran menggunakan web memiliki komposisi yang sama dengan proses tatap muka.
Pembelajaran Blended Learning fokus utamanya adalah pelajar. Pelajar harus mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk pembelajarannya. Suasana pembelajaran Blended Learning akan mengharuskan peserta didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri. Blended Learning ini tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi pembelajaran.
References
Anderson, T., Fathi Elloumi. . (2001). Theory and Practice of Online learning Second edition. (http://cde.athabascau.ca/Online_book/) di akses 26 juli 2020.
Chaeruman, U. A. (2018). Suatu Model Pendidikan Dengan Sistem Belajar mandiri. Jurnal Tenodik, 7 - 38.
Djamarah, S. B. (1996). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Driscoll, M. (n.d.). Blended Learning: Let's Get Beyond The Hype. IBM Global Services.
Elaine Allen, Jeff Seaman, Richard Garrett. (2007). Blending In The Extent and Promise of Blended Education in The United States. Sloan-C TM.
Graham, C. (2005). Blended learning system: Definition, current trends and future direction. In: Bonk, C.J., Graham, C.R. (eds.) Handbook of Blended learning: Global Perspectives, Local Designs, pp.. . San Francisco: Pfeiffer., 3-21.
John, W. (2008). Blended Learning : The ConvergeOf Online and Fate to Fate Education diambil dari http://www.inacol.org/cms/wp-content/uploads/2012/09/NACOL_PP-BlendedLearning-Ir.pdf pada tanggal 26 juli 2020.
Kosmiyah, I. (2012). Belajar dan Pembelajaran . Yogyakarta: Teras.
Mackey, Kaye Thorne and David. (2007). Everything You Ever Needed to Know About Training. London: Kogan Page Publishers.
Mayer, R. E. (2009). Multimedia Learning: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. (Terjemahan Baroto Tavip Indrojarwo). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Muna, L. H. (2015). Pengelolaan Teknologi Informasi dalam Menciptakan Model Inovasi Pembelajaran (E-Learning). Jurnal Al-Ta'dib.
Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Nada Dabbagh, Brenda Bannan. (2005). Online learning Concepts, Strategies, and Application. New Jersey: Pearson Education.
Peter, A. (2008). Web 2.0 In Teacher Education: Two Imperatives For Action Computers in the Schools. ISSN 0738-0569, 181-198.
Pradnyana, G. A. (2017). Blended Learning. Bali: Universitas Pendidikan Ganesha.
Sagala, Syaiful. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran . Bandung : Alfabeta.
Sa'ud, Udin Saefudin . (2008 ). Inovasi Pendidikan . Bandung : Alfabeta.
Siti Istiningsih, Hasbullah. (2015). Blended Learning, Trend Strategi Pembelajaran Masa Depan. Jurnal Elemen , 49 - 56.
Srisakdi. (2006). Pedoman Pengembangan Bahan Ajar Berbasis web, Departemen Pendidikan Nasional.
Sugihartono, d. (2007). Psikologi Pendidikan . Yogyakarta: UNY Press.
Syarif, I. (2012). Pengaruh Model Blended Learning Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 234-249.
Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.
Usman. (2018). Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning dalam Membentuk Kemandirian Belajar. Jurnalisa, 137.