HIDUP ADALAH PERJALANAN ( oleh Yasir Arafat )

HIDUP ADALAH PERJALANAN ( oleh Yasir Arafat )

 

A. Pendahuluan

     Setiap manusia yang lahir ke dunia ini harus menjalani hidup dan kehidupan untuk menuju titik akhir. Sejak awal kehidupannya , Allah swt., telah memberikan keistimewaan lebih bagi manusia dibandingkan malaikat atau makhluk lainnya. Manusia memiliki akal, dan nafsu serta mampu membedakan antara yang baik dan buruk. Dengan keistimewaan yang dimiliki tersebut, Allah swt., ingin menjadikan dunia sebagai ajang ujian dan cobaan yang harus dilalui manusia. Allah berfirman, “Wa hadainahun najdain” yang artinya Dan Kami telah memberikan kepadanya, dua jalan (kebaikan dan keburukan).

B.   Pembahasan

      Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc.,M.Ag.,membagi umat manusia dalam tiga kelompok berkenaan dengan orientasi kehidupan dunia dan akhirat. Pertama, kelompok yang menganggap hidup hanya satu kali, yaitu di dunia. Oleh karenanya harus dinikmati sepuas-puasnya. Tentang kelompok ini Allah swt., berfirman. “ Dan mereka berkata kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja”. (al-Jatsiyah:24). Kedua, kelompok yang memburu dunia dengan meninggalkan akhirat. Namun nasib mereka malang, dunia yang dikejar tidak dapat, akhirat yang ditinggal hilang. Hasan al Banna menggambarkan kelompok ini dalam sebuah bait sya’irnya: “Kita tambal dunia dengan merobek agama. Agama hilang dan duniapun tidak tertolong”. Ketiga, kelompok yang menjadikan dunia ibarat ladang untuk bercocok tanam, sedang hasilnya akan dipetik nanti di akhirat. Kehidupan di dunia ini tidak lebih ibarat permainan dan senda gurau.

       Untuk kelompok ketiga ini, al Quran telah mengabadikannya dalam surah al Hadid: 20, bahwa “kehidupan dunia ini sebagai permainan, senda gurau,perhiasan, saling berbangga dan berlomba dalam kekayaan, anak keturunan dan lain sebagainya. Kemudian mengumpamakan itu semua dengan tanaman-tanaman yang pada awalnya mengagumkan petani kemudian menjadi kering dan hancur. Ayat tersebut ditutup dengan ungkapan, kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu”.

     Sebagai seorang yang beriman dengan hari akhir, tentu saja kita akan memilih kelompok ketiga, yang memiliki orientasi kehidupan secara seimbang. Seimbang antara urusan duniawi dan ukhrawi, seimbang memberi nutrisi untuk jasmani dan rohani, seimbang berbuat baik untuk diri sendiri dan orang lain. Untuk mencapai keseimbangan ini maka kita harus memahami dengan benar tentang hablum minan nas dan hablum minalloh.

       Kemudian agar lebih proporsional dalam keseimbangan hidup, maka ambillah ‘ibrah  kehidupan kita di tahun 2020 yang baru saja berlalu. Banyak peristiwa, tantangan, rintangan, kesempatan, prestasi dan pengalaman yang membersamai. Semua itu bisa dijadikan pelajaran setiap manusia untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari. Pengalaman adalah guru terbaik yang mengajarkan banyak hal, sehingga seseorang tidak jatuh di lubang kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Tidak ada yang sempurna, semua orang pernah melakukan kesalahan. Namun, setiap kesalahan tentu harus disadari dan diperbaiki. Jadilah pribadi  yang lebih baik dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan.

C.  Penutup

      Kehidupan kita di dunia hanya sementara. Suatu saat semua yang bernyawa pasti akan mati dan kembali kepada pencipta-Nya. Hidup adalah perjalanan. Mari menjalani hidup dengan penuh makna. Hidup hanya sekali, hiduplah yang berarti. Jika pada tahun yang lewat kita telah berbuat baik, maka teruslah berbuat baik di tahun- tahun mendatang. Sampai semua kebaikan itu akan membawa kita menghadap Sang Maha Baik.

Mari kita renungkan kata-kata bijak di bawah ini:

Kehidupan seperti mengayuh sepeda.

Untuk membuatmu tetap seimbang, kamu harus terus bergerak.

(Albert Einstein)