Ibuku (Bukan) Perempuan Biasa
Kalian kasih dia makan sampai mati.
Kalian buatkan istana.
Kalian belikan gelang emas 2 kg.
Kalian gendong haji ke Makkah.
Kalian minum air cuci kakinya.
Belum dapat membalas setetes darah dan dagingnya yang robek,
saat mengeluarkan kalian dari gelapnya rahim ke terangnya dunia”. (UAS)
Pengorbanan ibu adalah pengorbanan terbesar bagi seorang anak.Banyak anak yang lupa menghargai jasa ibu yang telah berjuang saat mengandung, melahirkan, menyusui dan membesarkannya. Ibu adalah manusia pertama yang dilihat anak ketika lahir. Allah telah “menitipkan” rahim dan memilih para ibu untuk mengandung dan melahirkan anak. Tidak hanya sampai di situ, Allah juga menganugerahi mereka kekuatan yang sangat luar biasa.
Seorang ibu tidak pernah merasa nyenyak di setiap posisi tidurnya dan “berdamai” dengan susah dan payah selama 9 bulan 9 hari menjaga kandungannya. Namun dengan keikhlasan yang tiada tara mampu mengubah beban yang begitu berat menjadi seringan kapas. Setiap hari, setiap saat dalam hati maupun mulutnya tak pernah lepas mendoakan si buah hati, agar kelak menjadi anak yang soleh-solehah, pendingin mata, penyejuk jiwa dan pelipur lara.
Banyak ibu yang mengharapkan bisa melahirkan normal (vaginal birth), tetapi kadang terjadi komplikasi yang bisa membahayakan nyawa anak dalam kandungan. Operasi caeser bukan pilihan, namun demi keselamatan belahan jiwa, ibu rela melakukannya dengan linangan air mata. Dan menyisakan sayatan panjang bekas luka di perutnya seumur hidup. Bagi seorang ibu, keselamatan anak lebih utama dari rasa sakit seperih apapun.
Apabila melahirkan normal, ibu akan menunggu momen indah tersebut berjam-jam atau berhari-hari menahan sakit kontraksi. Kebahagiaan tidak terhingga bagi seorang ibu mendengar suara dan tangisan anaknya. Letih, lesu, senyum, bahagia dan tangis melebur di wajahnya. Semua ibu akan mengalami baby blues atau depresi pascamelahirkan, perlu dukungan semua orang terdekatnya agar dapat dilalui tanpa khawatir.
Bagi anak-anak, mungkin film-film superhero sanggup membuat mereka berdecak kagum. Namun ada cerita heroik pengorbanan seorang ibu yang jauh lebih dahsyat lagi, ketika ia rela kehilangan nyawa demi mempertahankan kelangsungan hidup bayi dalam kandungannya.Maka bersyukurlah para ibu, jika anak Anda ditanya, siapakah “pahlawan” yang paling dikagumi? Mereka menjawab , “Ibuku”.
Sejak masih bayi, ibu selalu berjuang agar anak-anaknya bisa hidup dengan baik dan bahagia. Saat anak sekolah, sebagian besar ibulah yang mendampingi dan mengantar. Panas, hujan dan jalan yang macet tak menghalangi untuk tetap setia membersamai anak-anak. Bahkan ada ibu yang rela berdiri berjam-jam di muka pagar sekolah, atau duduk manis di emperan depan kelas dan di kantin menunggui anak-anak mereka hingga akhir pembelajaran. Ketika pulang, ada yang jalan kaki sambil bergandengan tangan dengan mesra, ada yang naik sepeda dan dengan manja anak memeluk erat pinggang ibunya, atau ada yang naik mobil ber-AC, tetapi ciuman anak tetap lebih adem terasa.
Kita tidak bisa memungkiri, ibu merupakan sosok yang memiliki peran penting di dalam hidup kita, mulai dari masa kecil hingga beranjak dewasa. Banyak momen yang sudah dilewati, yang membuat sosok seorang ibu menjadi berharga di mata anaknya. Ibu merupakan orang yang paling mengetahui diri anak, luar dan dalam. Mulai dari makanan kesukaan, sifat, hingga kebiasaan konyol yang sering kali dilakukan saat berada di rumah. Ibu selalu mengerti apa yang kita inginkan dan apa yang kita butuhkan. Mulai dari hal-hal yang sederhana atau hal lain di luar kuasanya. Ibu tidak pernah berhenti untuk menunjukkan perhatiannya pada kita. Tidak ada ibu yang ingin merepotkan anak-anaknya. Itulah sebabnya, jarang sekali kita mendengar ibu meminta sesuatu pada anaknya. Bagi ibu, bahagia anak adalah kesenangan mereka. Luka anak adalah kesedihan mereka.
Apapun pilihan seorang ibu, entah ia sebagai ibu pekerja atau ibu rumah tangga, semuanya baik. Pengorbanan ibu untuk anak dan keluarga sangat berharga. Jika ibu memilih bekerja di luar rumah, maka tentu banyak waktu, tenaga dan pikirannya terbagi, dibandingkan jika ia memilih sebagai ibu rumah tangga. Tak perlu memikirkan apa komentar orang tentang pilihan tersebut. Ibu paling mengerti tentang apa yang harus dihadapinya setiap hari.
Muliakanlah ibu, sebelum ia pergi untuk selamanya. Ketika ia sudah tidak ada lagi di dunia ini, maka kesedihan akan menghunjam kuat di hati.Menyesal karena hanya secuil kebaikan yang sempat dilakukan untuknya. Tak sepadan dengan perjuangan, pengabdian dan cintanya yang tulus tak bertepi. Kenanglah ibu yang sudah meninggal dengan cara yang positif, salah satunya dengan mendoakan. Semoga setiap air matanya yang menetes untuk kita, akan diganti Allah menjadi sungai-sungai di surga.
Yasir Arafat HZ