JIBRIL ALAIHIS SALAM
Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah.
Perlu 60.000 tahun lagi aku harus terbang.
Itulah jarak antara aku dengan Allah yang dapat aku capai.
Jika aku terus ke atas, aku pasti hancur dan luluh.
(Dialog Jibril as dengan Nabi Muhammad saw di Sidratul Muntaha)
Nama Jibril as disebut dalam al quran 2 kali, yaitu dalam surah al Baqarah ayat 97-98 dan surah at Tahrim ayat 4. Jibril as memiliki beberapa julukan, diantaranya; Ruh al Amin, dan Ruh al Quds (Sanbas-makintau.com).
Jibril as adalah pemimpin para malaikat yang diberi tugas oleh Allah swt menyampaikan wahyu kepada para rasul termasuk Nabi Muhammad saw. Ketika menjalankan tugasnya Jibril as terkadang berubah wujud menjadi manusia sebagaimana kehendak Allah swt.
Bagi Rasulullah saw. Jibril adalah sosok guru yang mengajarkan ilmu kalam ilahi. Salah satu pengajaran Jibril as yang sangat populer adalah ketika Jibril as hadir di tengah-tengah sahabat nabi untuk mengajarkan akidah islam.
Risalah ini kemudian dikenal dengan “Hadits Jibril”, yaitu sebuah hadits yang memuat definisi tentang Islam, Iman dan Ihsan, dan tanda-tanda hari kiamat. Hadits ini diriwayatkan dari sahabat Umar bin Khattab dan Abu Hurairah ra. Juga ditemukan di Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, dan juga di Arbain Nawawi.
Di kisahkan oleh Umar bahwa suatu hari para sahabat berkumpul di dekat nabi. Tiba-tiba muncul seorang laki-laki mengenakan pakaian putih dan rambutnya sangat hitam. Tak terlihat tanda-tanda bekas perjalanan, dan tak ada seorang pun di antara sahabat yang mengenalnya. Laki-laki itu segera duduk di hadapan nabi. Lalu lututnya disandarkan pada lutut nabi dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua paha nabi. Kemudian ia berkata “Ya Muhammad beritahukan kepadaku tentang Islam”.
Rasul menjawab. “Islam adalah engkau bersaksi tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah, dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau menunaikan haji ke Baitullah, jika engkau mampu melakukannya”. Laki_laki itu berkata, “ Engkau benar”. Maka kami para sahabat merasa heran. Ia bertanya, ia juga yang membenarkannya.
Laki_laki itu bertanya lagi. “Beritahukan kepadaku tentang iman”. Nabi menjawab. “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya,hari akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk”. Ia berkata. “Engkau benar”.
Kemudian Laki_laki itu bertanya kembali. “Beritahukan kepadaku tentang Ihsan”. Rasul menjawab. “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak melaihat-Nya, sesungguhnya Dia (Allah) melihatmu”.
Laki_laki itu melanjutkan pertanyaannya. “Beritahukan kepadaku kapan terjadi kiamat”. Nabi menjawab. “Yang ditanya tidaklah lebih tahu daripada yang bertanya”. Nabi menjawab. “Jika seorang budak Wanita telah melahirkan tuannya. Jika engkau melihat orang yang bertelanjang kaki, tanpa memakai baju (miskin) serta pengembala kambing saling berlomba dalam mendirikan bangunan megah yang menjulang tinggi”.
Kemudian Laki_laki itu segera pergi. Lalu Nabi bertanya. Wahai Umar tahukah engkau siapa yang bertanya tadi?” Umar menjawab. “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui”. Rasulullah saw bersabda. “Dia adalah Jibril as yang mengajarkan kalian tentang agama kalian”.
Ketika Rasulullah saw sakit, malaikat Jibril as menjenguk dan terjadilah dialog antara keduanya. Dikutip dari tulisan Nasrullah (2021) inilah isi dialog tersebut. Rasulullah saw bertanya kepada Jibril as. “ Apakah Engkau sepeninggalku akan tetap turun ke dunia?”. Jibril as menjawab. “Iya, aku akan turun, namun bukan untuk menyampaikan wahyu tetapi untuk mencabut 10 mutiara dari dunia”.
Lalu Jibril as menjelaskan 10 mutiara yang akan dicabutnya. (1) Mengambil keberkahan dari muka bumi. (2) Mengambil rasa cinta dari hati para makhluk. (3)Mengambil rasa sayang dari hati kerabat atau sahabat. (4) Mengambil keadilan dari para penguasa atau pemerintah. (5) Mengambil rasa malu dari para Wanita. (6) Mengambil kesabaran dari orang-orang fakir, miskin dan yang tertimpa musibah. (7) Mengambil sifat kehati-hatian dan sikap zuhud (hati terikat duniawi) dari para ulama. (8) Mengambil sifat dermawan dari orang-orang kaya. (9) Mengambil al quran, dan (10) Mengangkat keimanan.[]