KAFA BILMAUTI WA ‘IDZAN (Cukuplah Kematian Sebagai Peringatan)

KAFA BILMAUTI WA ‘IDZAN (Cukuplah Kematian Sebagai Peringatan)

Oleh  :  Yasir Arafat HZ

Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat

di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman.

Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji,

sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana.

Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan

menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian,

niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya

dan tidak nyenyak tidurnya

(Imam Ali bin Abi Thalib)

 

 

     Kematian merupakan hal yang pasti datang. Tak pandang siapa, kapan, di mana, dan bagaimanapun kondisinya. Ketika ajal menjemput, tak ada satu pun yang akan bisa menghindar darinya. Sebagaimana yang tercantum dalam Quran surah Ali Imran, ayat 185. “ Setiap jiwa pasti merasakan mati”.

     Kematian adalah “jembatan” yang menghubungkan dua kehidupan, yaitu kehidupan dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat kita “menanam” sebagai bekal menuju kehidupan yang kekal. Apa yang akan kita “panen” di akhirat merupakan hasil dari apa yang telah kita tanam di dunia.

     Dr. Musa bin Fathullah Harun dalam bukunya, “Perjalanan Rabbani”, menjelaskan, kematian merupakan pindahnya ruh dari jasad, bukan berakhirnya kehidupan. Kematian hanya menjadi perpindahan dari alam dunia yang fana ke alam barzakh, yaitu alam pemisah antara dunia dengan akhirat. Kematian menjadi pintu gerbang untuk melalui akhirat. Ruh orang yang meninggal akan bersemayam di alam barzakh hingga hari kebangkitan manusia dari kuburnya pada kiamat kelak.

     Berkenaan dengan ruh, Ibnul Qoyyim al Jauzi menyatakan, bahwa ruh terdiri atas dua macam. Ruh yang mendapatkan siksa dan ruh yang mendapatkan kenikmatan. Ruh yang mendapatkan siksaan akan disibukkan dengan siksaan yang menimpanya, Mereka tidak bisa saling berkunjung atau bertemu. Sedangkan ruh yang mendapatkan kenikmatan bebas berkunjung dan bertemu dan tidak terbelenggu.

     Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits berkenaan dengan alam barzakh. “ Sesunggunya kubur itu awal persinggahan dari persinggahan-peringgahan akhirat. Barang siapa yang selamat darinya, maka yang sesudahnya lebih mudah darinya. Barang siapa yang tidak selamat darinya, maka yang sesudahnya lebih sukar darinya”.

     Bagaimana caranya agar dapat menggapai kematian husnul khatimah? Setidaknya ada 3 hal yang mesti dilakukan oleh para pendamba kematian yang indah tersebut, sebagaimana tausiyah Ustadz M.Mubasysyarum Bih. Pertama; Mengerjakan amal-amal saleh. Allah memberikan dua syarat bagi siapa pun yang berharap bertemu dengan-Nya di surga, yaitu beramal saleh dan meninggalkan kesyirikan. Perhatikan quran surah al Kahfi ayat 110 ini. “Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal saleh dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun”. Kedua: Menjauhi Perbuatan-Perbuatan Tercela. Sebagaimana amal saleh, yang tidak kalah penting adalah menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Baik yang haram maupun yang makruh. Demikian pula dianjurkan untuk meminimalisir hal yang mubah yang tidak ada manfaatnya.  Ketiga: Segera Bertaubat. Tidak ada manusia yang bersih dari kesalahan dan dosa. Kesalahan adalah hal yang wajar bagi manusia. Yang bermasalah adalah membiarkan diri berlarut-larut dalam perbuatan dosa. Agama menekankan untuk senantiasa memperbaharui tobat dari segala perbuatan maksiat.

'Ya Allah, jadikanlah sebaik-baiknya umurku hingga ajal menjemput diriku. Dan jadikanlah sebaik-baiknya perbuatanku hingga kesudahannya, dan sebaik-baik masaku hingga berjumpa dengan-Mu. Aamiin.  '