MENDONGKRAK MOTIVASI BERPRESTASI GURU

MENDONGKRAK MOTIVASI BERPRESTASI GURU

Oleh Surya Subur

1.  Pendahuluan

     Motivasi merupakan bagian penting dalam setiap profesi, lebih-lebih profesi seorang guru. Tanpa motivasi dalam mengajar bagi seorang guru akan berdampak kualitas peserta didik.  Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya gairah kerja guru, agar guru mau bekerja keras dengan menyumbangkan segenap kemampuan, pikiran, keterampilan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Guru menjadi seorang pendidik karena adanya motivasi untuk mendidik. Bila tidak punya motivasi maka ia tidak akan berhasil untuk mendidik atau jika dia mengajar karena terpaksa saja karena tidak kemauan yang berasal dari dalam diri guru, maka tidak akan dapat mencapai sasaran pendidikan yang diharapkan.

       Motivasi berprestasi adalah daya pendorong yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau dan rela untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya.[1] Hal ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang bersangkutan.

     Motivasi dalam diri seseorang  perlu dirangsang,  seperti yang dikemukakan oleh Abudin Nata, motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan[2]. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena dirangsang/ terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini menyangkut masalah kebutuhan.

      Peningkatan mutu pendidikan  baik Negeri maupun  Swasta  tidak terlepas dari masalah kebutuhan yang ingin dicapai. Kebutuhan dimaksud adalah kebutuhan dalam hal proses pembelajaran, dan hal tersebut akan bisa tercapai bila kegiatan proses belajar mengajar di kelas dapat berlangsung dengan  baik, berdaya guna  dan berhasil guna.  Hal tersebut dapat terlaksana apabila ditunjang dengan kualitas  guru dalam memberikan pembelajaran,   sebab gurulah yang berperan  langsung dalam mengajar dan mendidik para siswanya. Gurulah pelaksana terdepan dalam mendidik anak-anak di madrasah/sekolah. Oleh karena itu berhasil tidaknya upaya peningkatan mutu pendidikan banyak ditentukan oleh kemampuan yang ada padanya dalam mengemban tugas pokok sehari-hari yaitu mengelola kegiatan belajar mengajar.

      Upaya mengoptimalkan kerja guru dalam memberikan pelayanan terhadap peserta didik bukan merupakan hal mudah. Diperlukan seorang pemimpin madrasah/sekolah yang betul-betul memahami kondisi dan karakteristik guru. Namun ada satu hal yang tidak berbeda dari guru adalah menyukai tantangan dan penghargaan sekecil apapun terhadap hasil pekerjaannya sebagai motivasi. Inilah yang harusnya dilakukan oleh pemimpin madrasah/sekolah terhadap guru, yaitu memberikan motivasi agar guru senantiasa mampu meningkatkan prestasi kerjanya.

2.  Permasalahan

       Permasalahan yang muncul dalam tulisan tentu tidak terlepas dari cara atau upaya pimpinan Lembaga Pendidikan mendongkrak motivasi berprestasi guru yang saat ini terkesan kehilangan gairah. Guru lebih cenderung berkutat pada zona nyaman dengan tidak begitu memperhatikan prestasi akan dirinya tentu saja berimbas kepada prestasi anak didiknya. Zona nyaman ini tidak juga menjadi perhatin serius oleh unsur pimpinan. Sehingga Lembaga Pendidikan apakah itu sekolah atau madrasah terkesan berjalan di tempat walaupun di beberapa kondisi di daerah banyak madrasah/sekolah yang berprestasi berkat kepala madrasah/sekolahnya punya komitment yang kuat untuk mengembangkan madrasah nya melalui gurunya dan tentu peserta didiknya.

 

3.   Pembahasan

     1. Pengertian Motivasi Berprestasi

       Menurut  Rivai[3]   motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan indvidu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Dorongan tersebut terdiri dari 2 (dua) kekuatan, yaitu arah perilaku (kerja untuk mencapai tujuan) dan kekuatan perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja).

      Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi. Motivasi sangat penting karena dengan motivasi diharapkan setiap individu pegawai mau bekerja keras dengan antusias untuk mencapai produktivitas kerja yang tinggi.

      Motivasi berprestasi adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan, dimana kuat lemahnya motivasi tersebut ikut menentukan tinggi rendahnya prestasi kinerjanya.[4] Motivasi kerja merupakan kondisi yang menggerakkan guru agar mampu mencapai tujuan atau kondisi yang mampu membangkitkan dan memelihara perilaku guru tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, semakin baik motivasi kerja guru, maka termotivasi juga guru tersebut dalam melaksanakan kinerjanya. Adapun indikator motivasi kerja ini adalah:

a. Motivasi eksternal, yang meliputi: (1) hubungan antar pribadi, (2) penggajian/honorarium, (3) supervisi kepala sekolah, (4) kondisi kerja.

b.Motivasi internal, yang meliputi: (1) dorongan untuk bekerja, (2) kemajuan dalam karier, (3) pengakuan yang diperoleh, (4) rasa tanggung jawab dalam pekerjaan, (5) minat terhadap tugas, (6) dorongan untuk berprestasi.

2. Teori-Teori Motivasi

      Motivasi berasal dari movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Kata motivasi sering diartikan dalam bentuk kata kerja menjadi rangsangan, dorongan yang menyebabkan sesuatu terjadi baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar diri seseorang atau lingkungannya. Manusia terdorong bergerak untuk mencapai suatu tujuan hanya jika mereka merasa hal itu merupakan bagian dari tujuan pribadi atau organisasinya.

      Munculnya motivasi kiranya perlu dirangsang, seperti yang dikemukakan oleh Sardiman[5]  sebagai berikut : motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena dirangsang / terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini menyangkut masalah kebutuhan.

         Perilaku seseorang itu pada hakekatnya ditentukan oleh keinginan untuk mencapai beberapa tujuan. Keinginan atau istilah lain disebut motivasi merupakan pendorong agar seseorang itu melakukan suatu kegiatan untuk mencapai tujuannya. Di samping itu banyak psikolog yang menggunakan istilah berbeda, ada yang menyebut motivasi atau motiv, kebutuhan (needs), desakan (urge), keinginan (wish), dan dorongan (drive).

     Di pelbagai penelitian tentang motivasi menyimpulkan bahwa setiap orang cenderung mengembangkan empat pola motivasi tertentu sebagai  hasil interaksinya dengan lingkungan sosial budaya pada tempat orang tersebut hidup. Di lembaga madrasah, empat pola ini kemudian menjadi sikap yang mempengaruhi cara kepala madrasah memandang pekerjaan dan menjalankan kehidupan diorganisasinya. Keempat pola motivasi tersebut adalah : (1) Motivasi berprestasi, dorongan dalam diri orang untuk mengatasi tantangan dan hambatan dalam mencapai tujuan; (2) Motivasi afiliasi, dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atas dasar sosial; (3) Motivasi kompetensi, dorongan untuk mencapai keunggulan kerja; (4) Motivasi kekuasaan, dorongan untuk mempengaruhi orang lain dan mengubah situasi.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

    Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, banyak dikemukakan oleh para ahli diantaranya dikemukakan oleh David McClelland.[6] Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yang mempengaruhi motivasi yaitu kebutuhan akan prestasi (achiefment), kebutuhan kekuasaan (power), dan kebutuhan afiliasi.

a. Kebutuhan akan prestasi (achiefment)

        Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses.Maslow memandang motivasi  manusia suatu hirarki lima macam kebutuhan yang berkisar sekitar kebutuhan-kebutuhan yang paling dasar, hingga kebutuhan yang paling tinggi untuk aktualisasi diri[7]. Kebutuhan akan prestasi adalah motivasi untuk berprestasi, karena itu guru akan berusaha mencapai prestasi tertingginya, pencapaian tujuan tersebut bersifat realistis tetapi menantang, dan kemajuan dalam pekerjaan. Guru perlu mendapat umpan balik dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.

b. Kebutuhan akan kekuasaan (power)

       Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku dalam suatu cara dimana orang-orang itu tanpa dipaksa tidak akan berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini pada teori Maslow terletak antara kebutuhan akan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. McClelland menyatakan bahwa kebutuhan akan kekuasaan sangat berhubungan dengan kebutuhan untuk mencapai suatu posisi kepemimpinan. Kebutuhan akan kekuasaan adalah motivasi terhadap kekuasaan. Guru memiliki motivasi untuk berpengaruh terhadap lingkungannya, memiliki karakter kuat untuk memimpin dan memiliki ide-ide untuk menang. Ada juga motivasi untuk peningkatan status dan prestise pribadi.

c. Kebutuhan untuk bersahabat (afiliasi)

       Kebutuhan akan Afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Individu merefleksikan keinginan untuk mempunyai hubungan yang erat, kooperatif dan penuh sikap persahabatan dengan pihak lain. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi umumnya berhasil dalam pekerjaan yang memerlukan interaksi sosial yang tinggi.

Sementara karakteristik dan sikap motivasi prestasi menurut McClelland: (1) Pencapaian adalah lebih penting daripada materi; (2) Mencapai tujuan atau tugas memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar daripada menerima pujian atau pengakuan; (3) Umpan balik sangat penting, karena merupakan ukuran sukses (umpan balik yang diandalkan, kuantitatif dan faktual).

Dorongan untuk mencapai tujuan merupakan kebutuhan berprestasi sedangkan faktor pendorong untuk mencapai tujuan itu disebut motivasi berprestasi. Kebutuhan berprestasi adalah untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh seseorang. Motivasi orang tergantung pada kekuatan motifnya.

Sementara itu motivasi ekstrinsik dalam dunia pendidikan dapat dilakukan oleh guru. Guru harus mengambil keputusan tentang apa yang harus diajarkan, bagaimana menyajikan pelajaran dan bagaimana menentukan cara pengajaran agar siswa mengerti apa yang diajarkan dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dorongan eksternal ini sangat penting bagi guru untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.

Beberapa langkah untuk mengembangkan motivasi berprestasi adalah sebagai berikut :

  1. Tujuan-tujuan atau hasil-hasil akhir daripada kegiatan harus bersifat khusus dan ditentukan dengan tegas.
  2. Tujuan-tujuan atau hasil-hasil yang diinginkan untuk dicapai harus menunjukkan suatu tingkat resiko yang sedang untuk individu-individu yang terlibat. Ini berarti bahwa tujuan harus mengandung resiko yang tinggi, sehingga akan mengejutkan atau menghalang-halangi individu yang terlibat.
  3. Tujuan-tujuan harus mempunyai sifat sedemikian rupa, sehingga tujuan-tujuan tersebut sewaktu-waktu dapat disesuaikan sebagai jaminan situasi, terutama apabila tujuan-tujuan tersebut berbeda banyak.
  4. Individu-individu harus diberi umpan balik yang seksama dan jujur mengenai prestasi mereka.
  5. Individu-individu diberi tanggung jawab untuk suksesnya hasil daripada kegiatan-kegiatan mereka. Tanggung jawab terhadap hasil-hasil ini harus merupakan tanggung jawab yang sungguh-sungguh.
  6. Penghargaan-penghargaan dan hukuman-hukuman dengan hasil kerja yang sukses atau yang gagal harus dihubungkan dengan selayaknya dengan tujuan-tujuan hasil kerja. Artinya harus ada penghargaan yang besar untuk hasil kerja yang besar dan sebaliknya hanya ada hukuman-hukuman yang ringan bagi mereka kegagalannya sedikit. [8]

       Motivasi sebagai proses batiniah atau proses psikologis pada seseorang selain dipengaruhi oleh faktor-faktor ekstern (faktor sosial), juga dipengaruhi oleh faktor intern (faktor bawaan) yang melekat pada diri seseorang seperti pembawaan, tingkat pendidikan, pengalaman masa lampau, pengharapan masa depan. Ada yang berpendapat bahwa: “motivasi dipengaruhi oleh faktor kerjanya (pemimpin dan bawahan)”.

     Kepala madrasah/sekolah bertanggungjawab terhadap motivasi berprestasi para guru. Bentuk tanggung jawab tersebut bisa dilakukan dengan jalan memberikan arah dalam bentuk motivasi dan sistem yang tujuannya adalah memberikan suplemen agar guru bisa mengoptimalkan potensinya demi kemajuan madrasah. Suplemen pendongkrak motivasi berprestasi bagi guru harus selalu dikaji dan diejawantahkan dalam setiap kesempatan menjadi pemimpin atau kepala madrasah/sekolah. Bentuknya bisa bermacam-macam disesuaikan dengan pola dan gaya kepemimpinan masing-masing. Yang jelas intinya adalah seorang pemimpin harus betul paham apa yang harusnya dikembangkan bagi setiap guru.

 

4.   Simpulan

     Kepala madrasah/sekolah yang efektif tentu memiliki pola perencanaan yang terukur untuk mengembangkan madrasah/sekolah kearah yang lebih maksimal. Dengan semboyan “hari ini menjadi lebih baik dari hari kemarin”, tahun ini menjadi lebih baik daripada tahun kemarin”. Untuk mencapai itu semua harus didukung oleh seluruh komponen madrasah/sekolah, yaitu guru-guru, tenaga kependidikan, orangtua peserta didik dan peserta didik itu sendiri. Guru sebagai asset yang utama harus menjadi perhatian maksimal agar para guru bisa mengoptimalkan perannya mencapai tujuan madrasah/sekolah yang diinginkan. Sebagai pendobrak kerja guru, kepala madrasah/sekolah harus pandai memberikan motivasi yang terukur kepada guru, sehingga guru merasa tertantang untuk terus menggenjot prestasi diri dan peserta didiknya. Pada akhirnya akan melahirkan prestasi madrasah/sekolah yang dipimpinnya. Bentuk motivasi tersebut sesuai dengan pola dan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh masing-masing kepala madrasah/sekolah.

 

Daftar bacaan

Siagian, 1987., Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Organisasi, Jakarta,  Bumi Aksara

Abudin Nata, 2001., Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Grasindo

Rivai, Veithzal, 2003.,  Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta: Radja Grasido Persada

Yuki, G., alih bahasa Yusuf Udaya, Kepemimpinan dalam Organisasi.

Sardiman., 2006., Interaksi dan Motiovasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Sudarman Danim dan Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan

Winardi. 2002.,  Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen , Jakarta:Raja Grafindo Persada

Moekijat., 1989.,  Manajemen Kepegawaian, Bandung: Alumni.

 

[1]Siagian, Teknik Menumbuhkan dan Memelihara Organisasi,  (Jakarta,  Bumi Aksara, 1987), h. 91

[2] Abudin Nata, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga-Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Grasindo,  2001) h. 72

[3] Rivai, Veithzal,  Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, (Jakarta: Radja Grasido Persada, 2003),  h. 27

[4]Yuki, G., alih bahasa Yusuf Udaya, Kepemimpinan dalam Organisasi, . h.83

[5] Sardiman., Interaksi dan Motiovasi Belajar Mengajar., (Jakarta : PT Raja Grafindo,2006) h.72

[6] Sudarman Danim dan Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan, h.33-34

   [7]  Winardi.  Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen , (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2002),  h.74

[8] Moekijat.,  Manajemen Kepegawaian, (Bandung: Alumni, 1989), h. 215