Mengelola Retensi dan Keterlibatan Karyawan | (Employee Engagement)
Oleh: Rahmadani
Email: rahmadani@bdkbanjarmasin.net
Pendahuluan
Pengelolaan retensi dan keterlibatan karyawan
dengan tujuan memperoleh dan mempertahankan talenta terbaik. Hasil dari
partisipasi dan komitmen pegawai dapat dilihat dari tenaga, usaha ekstra, semangat
dan motivasi, kesungguhan untuk memberikan kontribusi terhadap pencapaian
tujuan organisasi. Keterlibatan karyawan adalah faktor kunci dalam retensi
karyawan, kepuasan pelanggan, dan kinerja organisasi yang optimal. Peranan gaya
kepemimpinan transformasional sebagai gaya kepemimpinan positif memiliki
ciri-ciri; pengaruh ideal, motivasi inspirasional, stimulasi mental dan
perhatian individu Maarif, (2021).
Hal yang sama berlaku untuk retensi istilah dalam
pemasaran; retensi konsumen. Dalam manajemen sumber daya manusia, konsep
retensi juga mengacu pada upaya melestarikan keseluruhan. Unit karyawan adalah
karyawan. Dengan kata lain, retensi karyawan adalah upaya perusahaan atau
organisasi atau lebih tepatnya manajemen SDM untuk mempertahankan karyawannya
guna mengoptimalkan perusahaan atau organisasi.
Pembahasan
The Corporate Finance Institute menyatakan bahwa retensi karyawan adalah upaya
pemberi kerja atau perusahaan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
kebutuhan karyawan saat ini sehingga mereka dapat terus menjadi bagian dari
organisasi. Sebagian besar program dan praktik retensi karyawan bertujuan untuk
memenuhi beragam kebutuhan karyawan untuk meningkatkan kepuasan karyawan.
Dengan kata lain, program retensi karyawan bertujuan untuk memberikan dan
meningkatkan insentif keterlibatan karyawan di tempat kerja. Selain membayar
gaji yang layak dan kompetitif, strategi retensi karyawan penting lainnya dapat
membantu mempertahankan talenta terbaik dalam jangka panjang. Berbagai program retensi
karyawan yang strategis ini juga bertujuan untuk mengurangi risiko perputaran
karyawan yang merupakan tantangan besar bagi tim HRD mana pun.
Di dunia yang sedang berubah baik dalam hal sifat
global pekerjaan maupun tenaga kerja, karyawan yang terlibat dapat menjadi
keunggulan kompetitif yang signifikan. Hal ini terutama benar jika kita dapat
menunjukkan bagaimana pembangunan mandat yang mempengaruhi analisis masalah
manajemen. Seperti semua hal baik lainnya, menciptakan kondisi untuk melibatkan
dan melibatkan pegawai pemerintah merupakan tantangan yang signifikan. Sekali
lagi, perusahaan yang mendapatkan kondisi ini dengan benar mencapai sesuatu yang sulit ditiru oleh
pesaing. Mengubah harga dan produk dengan mudah; menciptakan negara dan tenaga
kerja yang berkomitmen pada perilaku itu adalah hal lain (Macey & Schneider, 2008).
Employee engagement merupakan rasa keterikatan secara emosional
dengan pekerjaan dan organisasi, termotivasi dan mampu memberikan kemampuan
terbaik mereka untuk membantu sukses dari serangkaian manfaat nyata bagi
organisasi dan individu. Organisasi yang engaged memiliki kekuatan dan
nilai otentik, dengan bukti yang jelas dari kepercayaan dan keadilan yang
didasarkan pada saling menghormati, di mana keduanya memiliki janji dan
komitmen antara employer dan employee yang dipahami dan
terpenuhi, (McLeod, 2009: 4-5).
Engagement didefinisikan sebagai sikap yang positif, penuh makna, dan motivasi, yang dikarakteristikkan
dengan vigor, dedication, dan absorption. Vigor dikarakteristikkan
dengan tingkat energi yang tinggi, resiliensi, keinginan untuk berusaha,
dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan. Dedication ditandai
dengan merasa bernilai, antusias, inspirasi, berharga dan menantang. Absorption
ditandai dengan konsentrasi penuh terhadap suatu tugas (Schaufeli, 2017).
Kahn (2010) mendefinisikan employee engagement
sebagai personal engagement yang memanfaatkan diri sebagai anggota
organisasi untuk melakukan peran pekerjaan mereka; dalam keterlibatan tersebut
orang yang dipekerjakan mengekspresikan diri secara fisik, kognitif dan
emosional selama melakukan kinerjanya. Hal ini berarti bagaimana seseorang akan
berinteraksi dengan pekerjaan dan juga dengan karyawan dan kolega lain memiliki
hubungan dekat di tempat kerja (Ferrer, 2005). Karyawan yang memiliki tingkat
Keterlibatan yang tinggi, mengungkapkan fitur ini dan dalam melakukan tugas
memiliki banyak keterlibatan mental dan fisik dan memiliki respek tinggi dalam
pekerjaan dan tugas dan membuat hubungan emosional dengan pekerjaan mereka.
Keterlibatan dalam arti terapan sebagai karakteristik psikologis seperti: Kognisi
dan emosi dan perilaku, termasuk kasus motivasional yang diterapkan Konsep
seperti kepuasan kerja dan komitmen organisasional terpisah dari mereka (Shuck,
Ghosh, Zigarmi & Nimon, 2013).
Pengertian employee engagement menurut
Robbins & Judge (2018:103) adalah sebuah keterlibatan individual karyawan,
kepuasan, dan antusiasme untuk melakukan pekerjaannya. Robinson et al (2015:4)
mendefinisikan employee engagement sebagai sikap positif yang dimiliki
sikap karyawan terhadap perusahaan tempat dia bekerja dan nilai-nilai yang ada
di dalam perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan secara kualitatif oleh
Schaufeli, et al. (2010) menemukan bahwa
karyawan yang engaged memiliki energi yang tinggi dan memiliki efikasi
diri yang terbentuk dari berbagai peristiwa yang mempengaruhi dirinya. Didasari
oleh sikap positif dan level aktif mereka, karyawan yang engaged akan
membuat umpan balik positif bagi mereka sendiri untuk keperluan apresiasi,
rekognisi, dan kesuksesan. Berbagai subjek yang diwawancarai mengindikasikan antusiasme
dan energi mereka juga muncul di luar pekerjaan, misalnya saat berolahraga,
melakukan hobi dan pekerjaan sukarela. Karyawan yang engaged bukanlah
manusia super yang tidak merasa kelelahan setelah bekerja seharian. Mereka
tetap merasa kelelahan, namun kelelahan mereka dideskripsikan sebagai suatu
kepuasan karena hal ini berkaitan dengan pencapaian positif (Bakker, 2010).
Keterikatan karyawan merupakan sikap positif
karyawan serta disertai dengan motivasi baik secara kognitif dan penghayatan,
yakin akan kemampuan dan merasa senang saat bekerja. Employee Engagement
merupakan antusiasme karyawan dalam
bekerja, yang terjadi karena karyawan mengarahkan energinya untuk bekerja, yang
selaras dengan prioritas strategis
perusahaan. antusiasme ini terbentuk karena karyawan merasa engaged (feel
engaged) sehingga berpotensi untuk menampilkan perilaku yang engage.
Perilaku yang engage memberikan dampak positif bagi organisasi yaitu
peningkatan revenue.
Employee engagement adalah suatu keadaan dimana manusia merasa
dirinya menemukan arti diri secara utuh, memiliki motivasi dalam bekerja, mampu
menerima dukungan dari orang lain secara positif, dan mampu bekerja secara
efektif dan efisien di lingkungan kerja. Sementara Schiemann (2011:211)
mendefinisikan employee engagement dapat berupa kerelaan untuk melakukan
advokasi atas nama tempat perusahaan, hal ini mencakup kerelaan mempromosikan
perusahaan sebagai tempat kerja, membeli bahkan berinvestasi pada
perusahaannya. Hal ini juga didukung oleh Schiemann (2011: 208) yang menyatakan bahwa keterikatan adalah pernyataan komitmen
emosional dan intelektual terhadap perusahaan atau kelompok yang menghasilkan
perilaku yang akan membantu memenuhi janji-janji perusahaan kepada pelanggan”.
Dengan demikian, Employee Engagement
dapat diartikan sebagai kesediaan pegawai untuk memberikan usaha terbaik semata-mata untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Dalam kaitannya dengan kinerja perusahaan, semakin
kuat Engagement yang terbangun
antara karyawan dan perusahaan, maka akan semakin tinggi pula kinerja
perusahaan. Hal itu sesuai dengan pernyataan Schiemann (2011:42), bahwa
Konsep Engagement dihubungkan dengan beragam konsekuensi bisnis
yang luas, misalnya lebih gigih dalam berupaya, kinerja yang lebih cepat,
kualitas yang lebih tinggi, dan turnover yang
menurun. Robinson et al. dalam Markos & Sridevi (2010:90) juga
menyatakan hal yang sama yaitu karyawan yang terikat engaged sadar akan
konteks bisnis perusahaan dan bekerja dengan koleganya untuk meningkatkan
kinerja dalam pekerjaannya untuk keuntungan bagi perusahaannya. Perusahaan harus bekerja untuk mengembangkan
hubungan dua arah antara perusahaan dan karyawannya". Kesadaran bisnis ini
yang membuat karyawan memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan untuk
kemajuan perusahaannya.
Menurut Schiemann
(2011: 224), ada beberapa tujuan
dari Employee Engagement yaitu
:
1.
Pertumbuhan dan
pengembangan, Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
tumbuh dan berkembang sehingga dapat menciptakan perbedaan besar dalam hal
menjaga talenta-talenta terbaiknya.
2.
Pengakuan,
Pengakuan terhadap eksistensi seorang karyawan dapat meningkatkan semangatnya
dalam bekerja. Semangat penting untuk menghargai karyawan yang telah mencapai
tujuan-tujuan penting.
3.
Keterlibatan,
Karyawan akan merasa terikat kepada perusahaan tempatnya bekerja jika mereka
terlibat di dalamnya. Bentuk keterlibatan ini bisa berasal dari peran yang
diberikan kepada setiap individunya.
4.
Supervisor,
Supervisor atau pemimpin dapat menentukan tingkatan keterikatan dalam sebuah
tim atau bahkan menghancurkannya. Supervisor dapat menjadi inspirasi yang kuat
bagi karyawannya dan dapat memberikan semangat kepada karyawannya.
5.
Pengalaman
sukses, Pengalaman sukses ini akan menumbuhkan kepercayaan diri karyawan
terhadap perusahaan tempatnya bekerja.
Menurut Schiemann (2011:212), kita secara khusus
mengoperasikan suatu indeks Employee Engagement sebagai kombinasi antara
kepuasan, komitmen, dan advokasi karena ketiga elemen tersebut sebagai bagian
dari rangkaian kesatuan (lihat Gambar).
Simpulan
Keterlibatan karyawan penting untuk perilaku
karyawan yang baik (termasuk perputaran). Kegiatan keterlibatan utama termasuk
memastikan karyawan 1. Memahami kontribusi karyawan pada kesuksesan perusahaan.
2. Lihat upaya kita memengaruhi kesuksesan perusahaan. 3. Dapatkan rasa
pencapaian saat bekerja untuk perusahaan.
Referensi
Karatepe, O.M. (2013). High-performance Work
Practices and Hotel Employee Performance: The Mediation of Work Engagement. International
Journal of Hospitality Management. 32. 132–140.
Macey, W. H., & Schneider, B. (2008). The
Meaning of Employee Engagement. Industrial and Organizational Psychology, 1(1),
3–30. https://doi.org/10.1111/j.1754-9434.2007.0002.x
M. Syamsul Maarif (Pengarang); Zainur Hidayah
(Penyunting).Studi Literatur Manajemen Sumber Daya Manusia / M. Syamsul Maarif,
Zainur Hidayah 2021.
Robbins,
P. Stephen dan Timothy A., Judge, (2018), Perilaku Organisasi,
Organizational Behaviour. Jakarta: Salemba Empat.
Robinson,
D., Perryman, S. and Hayday, S. (2014). The Drivers of Employee Engagement.
Brighton: Institute for Employment Studies.
Schaufeli,
W.B., Leiter, M.P., and Taris, T.W.
(2017). Work Engagement: An Emerging Concept in Occupational Health.
Psychology Journal of Work & Stress.