MERAJUT  DESAIN DALAM PENDIDIKAN  (H.ABDUL HAMID)

MERAJUT DESAIN DALAM PENDIDIKAN (H.ABDUL HAMID)

Oleh :

H. Abdul Hamid.S,Ag M.M.Pd.

Pembina Utama Muda IV/c

                                                                           Abstrak

 Perspektif ( sudut pandang ) Desain dalam pendidikan suatu hal yang asing khususnya di dunia pendidikan, baik pendidikan yang formal maupun pendidikan non formal. Pada dunia pendidikan formal Desain Pembelajaran mengalami perubahan dan berkembang sesuai dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Desain Pembelajaran dapat mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan untuk mencapai tujuan-tujuannya serta berkedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.

Rumusan konsep desain dalam pendidikan adalah cara untuk mencapai tujuan pembelajaran, desain dalam pendidikan sebagai cara dalam meyampaikan bahan ajar, desain pembelajaran sebagai pengalaman dalam menghadapi proses belajar, desain pembelajaran sebagai rangkuman dalam merencanakan pendidikan / pengajaran, desain pembelajaran sebagai bagian dalam sistem pengajaran . Sedangkan pada prinsipnya desain pembelajaran harus menjadi penentu dalam tujuan pendidikan dan dapat memilih isi, proses kegiatan pembelajaran sampai ke pemilihan media serta alat pembelajaran dan penilaian.

Kata kunci: Merajut Desain Dalam Pendidikan.

 

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

   Tugas utama seorang pendidik adalah meyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Agar kegiatan itu terselenggara dengan efektif, seorang pengajar harus mengetahui hakekat kegiatan belajar, mengajar, dan strategi pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan dimana ia hidup. Dalam hal ini, proses merupakan rangkaian kegiatan yang berkelanjutan, terencana, gradual, bergilir, berkeseimbangan dan terpadu, yang secara keseluruhan mewarnai dan memberikan karakteristik terhadap proses pembelajaran. Dalam buku strategi belajar mengajar,Suherman ( 2013 ) menjelaskan makna belajar sebagai seperangkat kegiatan mental intelektual, yang hakekatnya sebagai usaha untuk mengubah tingkah laku. Belajar adalah suatu proses berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik dalam tingkah laku berfikir, bersikap, maupun berbuat. Menurut Mulyasa ( 2015 ) Mengajar diartikan sebagai usaha menciptakan sistem lingkungan yang terdiri dari komponen pengajar, tujuan pengajaran, peserta didik, materi pelajaran, metode pengajaran, media pengajaran, dan faktor administrasi serta biaya yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal. Mengajarpun dapat diartikan “sebagai proses mendidik atau membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara lain membantu menumbuhkan dan mentrasformasikan nilai-nilai positif sambil memperdayakan serta mengembangkan potensi-potensi kepribadian peserta didik . Menurut Sanusi ( 2014 ) Pemahaman terhadap mengajar ditentukan oleh persepsi pengajar terhadap belajar. Kalau belajar dianggap sebagai usaha untuk memperoleh pengetahuan, maka mengajar adalah memberi informasi. Kalau belajar adalah usaha untuk memperoleh keterampilan, maka mengajar adalah melatih keterampilan. Kalau belajar adalah kegiatan untuk mengolah informasi, maka mengajar adalah usaha untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran mengarah pada peningkatan kualitas manusia secara utuh, meliputi demensi kognitif intelektual, keterampilan dan nilai-nilai lainnya.

 

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Strategi

     Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau paglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan atau laut. Strategi dapat pula diartikan sebagai suatu keterampilan mengatur suatu kejadian atau peristiwa. Secara umum sering dikemukakan bahwa strategi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua ( 2001 ) strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Yang dapat dianggap berkaitan langsung dengan pengertian strategi dalam pengajaran bahasa ialah bahwa strategi adalah merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Menurut Hisyam Zaini ( 2011 )  mengemukakan bahwa strategi adalah kiat merancang operasi didalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang angkatan darat dan laut. Hal ini tidaklah mengeherankan apabila melihat kenyataan sejarah yang mengenal kata strategi, pada awalnya, melalui pemahaman strategi peperangan. Semua konsep perencanaan dalam rangka menghancurkan musuh termasuk dalam makna strategi. Dalam konteks pengajaran  strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah didalam mengambil keputusan. Peserta didik akan mempunyai executive control, atau kontrol tingkat tinggi yaitu analisis yang tajam, tepat dan akurat.

 

B. Pengertian Pembelajaran

     Proses belajar mengajar (pembelajaran) adalah upaya secara sistematis yang dilakukan guru untuk mewujudkan proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kemampuan mengelola pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru agar terwujud kompetisi profesionalnya. Kosekuensinya, guru harus memilki pemahaman yang utuh dan tepat terhadap konsepsi belajar dan mengajar. Belajar menurut teori behavioristik diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut disebabkan oleh seringnya interaksi antara stimulus dan respons. Menurut teori behavioristik, inti belajar adalah kemampuan seseorang melakukan respon terhadap stimulus yang datang kepada dirinya. Belajar menurut pandangan teori kognitif diartikan proses untuk membangun persepsi seseorang dari sebuah obyek yang dilihat. Oleh sebab itu, belajar menurut teori ini lebih mementingkan proses dari pada hasil. Adapun menurut pandangan teori konstruktivesme belajar adalah upaya untuk membangun pemahaman atau persepsi atas dasar pengalaman yang dialami siswa, oleh sebab itu belajar menurut pandangan teori ini merupakan proses untuk memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Ada tiga potensi yang harus diubah melalui belajar, yaitu potensi intelektual (kognitif), potensi moral kepribadian (efektif) dan keterampilan mekanik atau otot (psikomotorik).

     Menurut Sanusi ( 2015 )  mengajar adalah kemampuan mengondisikan situasi yang dapat dijadikan proses belajar bagi siswa. Oleh sebab itu, mengajar tidak harus terikat dengan ruangan atau tempat, waktu. Inti mengajar adalah kemapuan guru mendesain situasi dan kondisi yang dapat mendukung praktik belajar siswa secara utuh, tepat dan baik. Mengingat bahwa setiap tujuan dan metode pembelajaran berbeda satu dengan yang lainnya, maka jenis kegiatan belajar yang harus dipraktikkan oleh peserta didik membutuhkan persyaratan yang berbeda pula. Sebagai contoh: untuk menjadi peloncat indah, seseorang harus bisa berenang terlebih dahulu (syarat loncat indah adalah berenang) atau untuk menjadi pangaransemsen (arranger) musik dan lagu, seseorang harus belajar not balok terlebih dahulu. Pada contoh diatas tampaklah bahwa setiap kegiatan belajar membutuhkan latihan atau praktik langsung. Memperhatikan beberapa pengertian strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai diakhir kegiatan belajar. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa mengajar pada hakekatnya adalah melakukan kegiatan belajar sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Menurut Mulyasa ( 2004 ; 37 )  Ada empat strategi dasar dalam proses pembelajaran:

  1. Mengindentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
  2. Memilih sistem pendekatan pembelajaran berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
  3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik pembelajaran yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pengajar dalam menunaikan tugas mengajarnya.
  4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan umpan baik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

C. Pengertian Strategi Belajar

     Strategi belajar dan tipe belajar merupakan bidang garapan yang kini banyak menarik minat para pengkaji pembelajaran bahasa kedua. Strategi belajar dipersepsi dan diartikan berbeda-beda. Ada yang menggambarkan strategi belajar sebagai sifat, tingkah laku yang tidak teramati, atau langkah nyata yang dapat diamati yang tidak teramati, atau langkah nyata yang dapat diamati (Huda, 1999). Dari segi ruang lingkupnya, sebagian ahli berangggapan bahwa strategi belajar hanya mencakup hal-hal yang berkaitan dengan proses internalisasi sistem bahasa, namun ada sebagian yang beranggapan bahwa strategi belajar juga mencakup proses pemakaian bahasa untuk berkomunikasi. Strategi belajar dapat digambarkan sebagai sifat dan tingkah laku. Rubin melakukan kajian tentang perbedaan antara sifat-sifat pembelajar bahasa yang berhasil dan sifat-sifat pembelajar bahasa yang tidak berhasil, sedangkan Oxford mendefinisikan strategi belajar sebagai “tingkah laku atau tindakan yang dipakai oleh pembelajar agar pembelajaran bahasa lebih berhasil, terarah, dan menyenangkan”. Pengertian yang dikemukakan oleh Oxford lebih bersifat perbuatan yang dapat diamati walaupun pengertian tersebut dapat pula mencakup tindakan kognitif yang tidak teramati.

     Pengertian yang disajikan oleh Borwn menekankan konsep strategi belajar sebagai tingkah laku yang tidak teramati didalam diri pembelajar. Brown membedakan antara strategi belajar (learning strategi) dan strategi komunikasi (communication strategy). Strategi belajar berkaitan dengan pemerosesan bahasa, penyimpanan, dan pengambilan (retrival) masukan pemerolehan bahasa, sedangkan strategi komunikasi berkenaan dengan keluaran pemerolehan bahasa. Terminologi strategi belajar dan strategi komunikasi seringkah dipakai untuk menyatakan konsep yang sama. Hakekat strategi pembelajaran oleh Mujino ( 1999 ) diartikan sebagai berikut : “Kegiatan pengajar untuk memikirkan dan mengupayakan teijadinya konsistensi antara aspek-aspek dan komponen pembentuk sistem instruksional, dimana untuk pengajar menggunakan siasat tertentu. Karena sistem instruksional merupakan suatu kegiatan, maka pemikiran dan pengupayaan pengkonsistensian aspek-aspek komponennya tidak hanya sebelum dilaksanakan, tetapi juga pada saat dilaksanakan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu rancangan tidak selalu tepat pada saat dilakukan. Dengan demikian, strategi pembelajaraan memiliki dua demensi sekaligus. Pertama strategi pembelajaran pada dimensi perancangan. Kedua strategi pembelajaraan pada dimensi pelaksanaan”.

 

D. Penggolongan Strategi Belajar

    Strategi pembelajaran menurut Huda (2003) dapat digolongkan atas beberapa cara. Pertama, strategi belajar digolongkan atas strategi utama dan strategi pendukung, atau strategi langsung dan strategi tidak langsung. Startegi utama diapakai secara langsung dalam mencerna materi pembelajaran, sedangkan strategi pendukung dipakai untuk mengembangkan sikap belajar dan membantu pembelajar dalam mengatasi gangguan, kelelahan, frustasi, dan sebagainya. Kedua, startegi belajar dibedakan atas strategi kognitif dan strategi metakognitif. Strategi kognitif dipakai untuk mengelola materi pembelajaran agar dapat diingat untuk jangka waktu yang dipakai untuk mempertimbangkan proses kognitif, seperti monitoring diri sendiri, dan penguatan diri sendiri. Ketiga, strategi belajar dapat juga digolongkan atas strategi sintaksis dan strategi sematik. Strategi sintaksis menggunakan kata fungsi, awalan, akhiran, dan penggolongan kata. Sedangkan strategi semantik berhubungan dengan objek nyata, situasi, dan kejadiaan. Sejumlah ahli menggolongkan pula strategi belajar atas strategi belajar sosial dan non sosial. Strategi belajar sosial berkaitan dengan upaya pembelajar mendapat kesempatan berbahasa sebanyak mungkin, meningkatkan interaksi dengan penutur asli, dan meingkatkan motivasi belajar. Termasuk kedalam kategori ini adalah cara bagaimana mengajukan pertanyaan, memberikan penjelasaan, dan gerakan badan, jarak badan dan lawan bicara, dan sebagainya.

Subyantoro dkk. (2004) mengungkapkan jenis-jenis utama strategi belajar dilihat dari karakteristik belajar setiap individu yang terbagi atas empat:

  1. Strategi mengulang
  2. Strategi elaborasi
  3. Strategi organisasi, dan
  4. Strategi metakognitif.

E. Strategi Pembelajaran Siswa Aktif

Beberapa strategi pembelajaran yang dapat menciptakan budaya dan iklim sekolah dapat dikemukakan antara lain:

  1. Pembelajaran berbasis masalah,
  2. Pembelajaran inquiry,
  3. Pembelajaran berbasis proyek/tugas,
  4. pembelajaran kooperatif,
  5. pembelajaran partisipatory, dan
  6. pembelajaran scaffolding.

F. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

    Untuk dapat menerapkan strategi pembelajaran berbasis masalah, maka seorang guru sebaiknya menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks pembelajaran. Melalui dunia nyata yang terjadi di sekitar mereka, maka siswa dapat belajar mengembangkan cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Menurut Soegeng ( 2012 ) Pembelajaran bermakna hanya dimungkinkan terjadi bila siswa dapat mengerahkan proses berpikir tingkat tinggi, seperti pada level analisis, sintesis, dan evaluasi. Karena itu, guna merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi dari siswa, mereka perlu diorientasikan pada situasi/dunia nyata dengan segala problemanya. Para siswa akan tertantang bagaimana belajar, dengan menggunakan fenomena di dunia nyata sekitarnya.

Pembelajaran berbasis masalah dapat ditempuh melalui lima tahap sebagai berikut.

1) Orientasi siswa kepada masalah.

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan logistik yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

     2) Mengorganisasi siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

     3). Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.

     4). Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, serta membantu mereka mambagi tugas dengan temannya.

      5). Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

G. Strategi Pembelajaran Inquirí

     Pembelajaran inquiry mendorong siswa untuk mengalami, melakukan percobaan, dan menemukan sendiri prinsip-prinsip dan konsep yang diajarkan. Strategi pembelajaran inquiry & discovery memiliki beberapa keuntungan, seperti dapat membangkitkan  curiosity, minat, dan motivasi siswa untuk terus belajar sampai dapat menemukan jawaban. Di samping itu, melalui penerapan strategi inquiry & discovery, siswa juga dapat belajar memecahkan masalah secara mandiri dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis sebab mereka harus menganalisis dan mengutak-atik data dan informasi.

Secara operasional, pembelajaran inquiry & discovery dapat ditempuh melalui tahapan berikut:

  1. Sajikan situasi teka-teki (puzzling situation) yang sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Jelaskan prosedur inkuiri dan sajikan masalah.
  2. Minta siswa mengumpulkan informasi melalui observasi atau berdasar pengalaman masing-masing.
  3. Minta siswa menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, bagan, tabel, atau karya lain.

     Nurut Husman ( 2013 ) Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk saling membantu belajar satu sama lain. Strategi pem­belajaan.

  1.  kelompok fokus untuk mendorong semua siswa mengemu­kakan gagasan masing-masing.
  2. Evaluasi setiap alternatif berdasarkan kelayakan (kemampuan, sumberdaya, waktu, fasilitas), kemudian sepakati pilihan yang dapat diterima semua pihak. Dimungkinkan setiap individu atau kelompok memilih caranya masing-masing untuk mencapai tujuan sepanjang berkontribusi pada pencapaian tujuan pembelajaran.
  3. Dorong siswa melaksanakan alternatif tindakan secara konsisten, namun tetap memberi peluang dilakukannya refleksi, revisi, dan perubahan rencana tindakan.
  4. Penguraian masalah ke dalam langkah pemecahan, dan pemberian contoh (modeling).
  5. Dorong siswa untuk menyelesaikan tugas belajar secara mandiri.
  6. Berikan dukungan dalam bentuk pemberian isyarat, kata kunci, tanda mata (reminders), dorongan, contoh, atau hal lain yang dapat memancing siswa bergerak ke arah kemandirian belajar dan pengarahan diri.

     Dalam mengimplementasikan strategi-strategi pembelajaran yang disarankan, guru harus selalu mengingat bahwa kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya senantiasa diarahkan untuk pencapaian dampak instruksional dan dampak pengiring. Dampak instruksional bermuara pada kecerdasan intelektual (IQ), sedangkan dampak pengiring bermuara pada kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Untuk keperluan itu, diharapkan guru dapat memilih dan me­rancang serta mengembangkan media pembelajaran agar dapat memudahkan pencapaian IQ, EQ, dan SQ tersebut.

 

III. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada  pembahasan diatas  maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

     Desain dalam pendidikan  adalah kegiatan-kegiatan pembelajaran yang melibatkan para pelajar dalam melakukan sesuatu hal dan memikirkan tentang apa yang sedang mereka lakukan.  Pembelajaran aktif diturunkan dari dua asumsi dasar yaitu bahwa belajar pada dasarnya suatu proses yang aktif dan bahwa orang yang berbeda, belajar dalam cara-cara yang berbeda pula. Ada beberapa alasan menggunakan pembelajaran aktif yaitu; memiliki pengaruh yang kuat pada pembelajaran si belajar; strategi-strategi pengembangan pembelajaran aktif lebih mampu meningkatkan ketrampilan berfikir para pelajar dari pada peningkatan penguasaan isi; melibatkan para pelajar dalam tugas-tugas berfikir tingkat lebih tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi; berbagai gaya belajar dapat dilayani dengan sebaik-baiknya dengan melibatkan para pelajar dalam kegiatan-kegiatan belajar aktif.

Penguasaan pembelajaran aktif membawa beberapa keuntungan seperti; para pelajar yang aktif menggunakan pengetahuan utama mereka dalam membentuk pemahaman dari isi materi pembelajaran; para pelajar yang aktif berfikir secara kritis dan menciptakan pengembangan mereka sendiri; para pelajar yang aktif terlibat secara kognitif, dan para pelajar yang aktif menerapkan suatu strategi membaca dan belajar lingkup yang luas

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Hisyam Zaini. 2014. Strategi Pembelajaran Aktif, Konsep dan Kateristik dan Implementasinya. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Husman. 2015. Desain Pembelajaran Inovatif. Penertbit : Toko Buku Pustaka. Malang.

Mulyasa. 2015. Pengembangan Kurikulum dan Karakteristik. Penerbit : Bandung Remaja Rosda Karya.

Soegeng. 2016. Pengembangan Sistem Pembelajaran. Penerbit : Erlangga. Semarang.

Sanusi. 2016. Desain Pembelajaran Guru. Uninus Bandung.

Mulyasa, 2015. Teknologi Pembelajaran. UNJ Jakarta.