PERPISAHAN
Oleh : Yasir Arafat.HZ
Hanya yang memiliki yang merasa kehilangan.
(Anonim)
Banyak hal yang bisa membuat manusia sedih, salah satunya kehilangan. Entah itu sesuatu yang bersifat material atau inmaterial. Kehilangan adalah sebuah peristiwa yang tidak dinginkan oleh setiap manusia, tetapi tidak ada yang bisa melawannya. Inilah sunnatullah. Apabila kita memiliki maka suatu saat akan diambil oleh yang Maha Memiliki, yaitu Allah swt.
Kehilangan adalah bagian dari perjalanan hidup. Sebuah fase yang kerap membuat banyak orang menjadi sedih. Merasa sedih dengan kehilangan sah-sah saja. Kesedihan tidak perlu ditolak. Dengan begitu kita akan lebih menyadari perasaan untuk terus menjaga apa yang masih ada.
Kehilangan pernah menimpa Nabi Ayyub. Beliau kehilangan kekayaan dan orang orang yang disayanginya. Tidak hanya itu saja, beliau juga menderita penyakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Dan tidak tanggung-tanggung. Beliau menderita lahir batin sekitar tujuh tahun. Dalam ratapan doanya, Nabi Ayyub bermunajat. “Ya Allah, penyakit ini boleh menggerogoti seluruh tubuhku. Tetapi ya Rob, jangan sampai ia juga menggerogoti hati dan mulutku. Aku hanya ingin agar aku masih tetap bisa berdzikir pada-Mu.”
Ada suami yang berpisah dengan istri dan anak-anak karena pekerjaan. Ada anak berpisah dengan orang tua dan saudara karena pekerjaan atau sedang menuntut ilmu. Ada persahabatan yang kehilangan “ruhnya”, karena terhalang jarak dan tempat atau kesibukan yang sangat padat. Begitulah hidup ini. Sejauh-jauhnya jarak perpisahan, insyaAllah akan dipertemukan. Tetapi jarak yang paling jauh dan tak lagi dapat bersua adalah perpisahan karena kematian. Perpisahan memang tidak mudah karena sifat dasar manusia ingin memiliki bukan melepaskan.
Setiap pertemuan pasti akan memiliki momen perpisahan. Oleh sebab itu, perpisahan mengajarkan kita untuk menghargai dengan sebaik-baiknya pertemuan. Banyak orang mengatakan, adanya perpisahan akan mendatangkan pertemuan baru. Namun, kesedihan mengalami perpisahan pasti akan tetap ada.
Tulisan Satrio Anugrah di bawah ini, mungkin dapat menjadi refleksi diri kita betapa tidak ada satupun di dunia ini yang sanggup menahan sebuah perpisahan, meski hanya sebentar, karena ia berbanding lurus dengan garis takdir. Tulisan tersebut diberinya judul “Bila Perpisahan Tiba”.
Bila perpisahan kelak bertamu
kita sudah tau pasti akhirnya ia akan mengetuk pintu
bekerjasamalah dengan aku! jangan kau bukakan pintu
seakan papan kayu mampu meredam takdir pahit
Kita memilih pamit
dalam benakku,engkau adalah orang pertama
yang akan kubawa pergi
ke podium
ke sawah
ke kursi pesakitan
Kau telah memilih barang-barangmu
tas di tangan kanan, tangan kiri menyeret koper
pikiranku memgawang
kucari album foto, jaga-jaga bila rindu menyergap
di malam gelap
Kuingin bawa hangat tubuhmu
persiapan bila dingin menghentak
aku ingin bawa hatimu beserta isinya dirimu
tak bisa!
perpisahan telah tiba