SENJA

SENJA

Oleh :

Yasir Arafat HZ

 

Ada yang tak tenggelam setika senja datang: Rasa.

(Rohmatikal Maskur)

 

       Senja merupakan kondisi langit yang setengah gelap sesaat matahari sedang ingin tenggelam. Senja akan menyisakan cahaya, baik merah, jingga, biru, ungu, merah muda dan warna-warna lainnya. Itu sebabnya sering kita mendengar istilah “senja merona” karena warna-warna yang dipantulkannya beraneka.

      Senja selalu menarik hati siapa saja. Waktu senja dikatakan sebagai waktu sangat istimewa, karena di waktu ini seseorang bisa segera pulang ke rumah berkumpul keluarga untuk beristirahat setelah lelah bekerja atau mencari nafkah. Melihat kehadiran senja, mampu menimbulkan rasa syukur atas ciptaan Allah swt.,. Waktu senja menjadi titikbalik di mana manusia bertobat dan merenungi apa yang telah dilakukannya seharian penuh. Beruntunglah bagi orang yang dari pagi hingga senja menjelang dapat menebar kebermanfaatan untuk orang lain.

    Filosofi senja menurut iphincow.com, mengajarkan tentang keindahan dan kebaikan yang tidak perlu disuarakan, atau diumbar. Begitulah hidup, kadang manusia membutuhkan perhatian agar dilihat baik. Jika memang itu tulus untuk kebaikan, biarkan orang lain yang menilai.

Potret senja acapkali melukiskan panorama yang paling indah. Dan tidak sedikit orang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan momen senja. Ada yang ke pantai, gunung dan tempat-tempat eksotik lainnya, Dikalangan penikmat senja, mereka disebut sebagai “pemburu senja”. Senja menjadi momen di mana banyak menyimpan kenangan terdalam bagi sebagian orang. Kadang melahirkan senyum, rindu, bahkan tak sedikit air mata.

Ternyata fenomena senja sudah tertulis di beberapa ayat al Quran, misalnya dalam penggalan surah al Kahfi:28. “ Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya. Kemudian dalam surah al Inshiqaq:16-18. “ Maka aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja. Demi malam dan apa yang diselubunginya. Dan demi bulan apabila jadi purnama”.

Dari ayat-ayat di atas menyiratkan bahwa kehadiran senja seperti perumpamaan tingkatan iman. Senja terkadang bisa datang bisa tidak. Namun, saat senja datang, keindahan selalu terpancar darinya. Seperti itulah iman yang ada dalam dada seseorang. Jika iman memenuhi hati, maka akan terpancar segala kebaikan dalam diri, begitu juga sebaliknya.

Begitu spesialnya lanskap senja, tidak hanya ayat-ayat dalam al quran yang berbicara tentang senja. Rasululllah saw., juga mengajarkan sebuah doa yang berhubungan dengan senja. “Allohumma bika amsaina, wa bika nahya wa bika namuutu wa ilaikan nusuur” artinya -Ya Allah dengan memohon pertolongan-Mu kami memasuki waktu senja dan dengan kodrat dan iradat-Mu kami hidup dan dengan rahmat-Mu kami meninggal dunia dan kepada-Mu kami akan dihimpun-.

Subuh, siang,senja dan malam adalah waktu-waktu yang selalu kita lalui dalam hidup. Begitulah sunnatullah. Tidak ada yang bisa melawan garis edar waktu. Kita akan melepas setiap pergantiannya, karena kita tidak selamanya memiliki waktu. Siap atau tidak siap, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau.

Sebagaimana penggalan lirik lagu Mitty Zasia “Melepas Senja”

seperti melepaskan senja pergi

tak bisa kutahan